Senin, 09 September 2013

[FF-Yunjae] Yaoi/PG-NC/MISSING LOVE/Chapter 4

Title : Missing Love

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae


Legh : 4 of ?


Ratting : PG-17


Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC


Cast :

- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

 FF ini terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek dari drama I Miss You yang nguras emosi…

Ok, Happy reading all. . .


>>> 

LA, Amerika 1 bulan kemudian….

Sinar matahari pagi menyeruak – menerobos celah jendela sebuah apartemen di tengah kota Los Angles, membuat seorang pria cantik – salah satu penghuni apartemen, menjadi sedikit terusik. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali walau masih dalam keadaan tertutup.

Dengan malas, Jaejoong – pria cantik tersebut mendudukkan dirinya dan membuka mata perlahan.

“Ommona…” seru Jaejoong. Ajaib, seolah kesadaran Jaejoong mengumpul dalam sekejap ketika itu. Begitu ia teringat sesuatu – salah satu kebiasaanya.

Jaejoong buru-buru beranjak dari tempat tidurnya untuk menuju dapur.

Jaejoong segera mengambil panci dan beberapa bumbu masakan di dapur.  Ia mengambil bawang putih dan merah, kemudian memotongnya dengan terburu juga.

“Hyung, apa yang kau lakukan pagi-pagi begini?” tanya Junsu. Yang setelah Joging langsung menuju ke dapur, bermaksud mengambil air minum.

“Aku kesiangan. Yunho akan marah kalau aku terlambat membuatkannya sarapan,” jawab Jaejoong, masih berkutata dengan bumbu tadi.

Junsu tak menyahut, ia malah menjadi terpaku. Dalam hati ia menangis sekarang. Ia tidak tega melihat kondisi hyung-nya masih belum dapat lepas dari pengaruh seorang Yunho. Ah, tidak, lebih tepatnya Jaejoong belum dapat melepaskan bayang-bayang Yunho dari dirinya, sampai detuk ini. Jaejoong masih sering merasa dan beranggapan ia masih bersama Yunho dan di rumah Yunho yang mewah itu. Bahkan dalam tidurnya, Junsu masih sering mendengar Jaejoong mengigau – memanggil nama Yunho. Jujur saja, Junsu tidak mengerti dengan hyung yang paling ia cintai itu. Jaejoong tidak lagi seperti Jaejoong yang dulu dikenalnya.

Grep~
Junsu tiba-tiba saja memeluk Jaejoong dari belakang. Dan membuat Jaejoong agak tersentak.

“Hyung, cukup… hentikan… Jung Yunho tidak ada disini…” ucap Junsu. Dan airnata pun jatuh tak terelakkan lagi.

Jaejoong berhenti memotong bawang merahnya. Ia terbangun yang sesungguhnya, pikiran rasionalnya kembali. Ia kembali menitikan airmatanya.

Damn. Jaejoong terus mengutuk Yunho dalam hati. Kenapa Yunho tak pernah membiarkan dirinya untuk bebas? Kenapa, kenapa kemanapun dirinya melangkah, Yunho seperti terus mengawasinya? Berhenti menggangguku, Jung Yunho! Batin Jaejoong pun berteriak.

“Siapa bilang aku membuatkan sarapan untuk Yunho, aku hanya bercanda. Aku menbuat sarapan untuk kita. Kau suka nasi goreng kaan, Su-ie?” Jaejoong berdalih. Jujur, ia lelah dengan delusi-delusi yang selalu menghantui seperti ini. Kalau bisa, ia juga ingin melarikan diri saja dari situasi ini.

“Yeah… tentu aku suka nasi goreng,” balas Junsu menahan tangisannya. Mungkin dengan mengikuti arah percakapan yang Jaejoong buat, dapat membantu hyungnya itu merasa lebih baik.

-------

“Kita mau kemana, Chunnie?” tanya Jaejoong.

“Kita akan bersenang-senang. Junsu bilang kau selalu murung jika di rumah.” Jawab Yoochun. Lalu ia kembali melihat ke depan, menyetir mobilnya dengan baik.

Jaejoong tersentum tipis, ia juga mengikuti Yoochun melihat ke depan, dan menikmati perjalan mereka untuk beberapa saat.

“Yoochun-ah, ada acara apa di kampusmu? Kenapa ramai begini?” tanya Jaejoong. Setelah Yoochun menghentikan mobilnya di depan sebuah kampus – tempat Yoochun bekerja sebagai dosen.

“Ada festival disnatalis kampus. Ayo,” Yoochun meraih tangan Jaejoong dan menggenggamnya. Ia menarik namja cantik itu memasuki area festival. Ada banyak stand game atau komitas yang berpakaian anime, tokoh kartun, pahlawan bahkan pakaian adat-budaya setempat.

Yoochun mengajak Jaejoong memasuki sebuah stand game lempar bola ke keranjang.

“Ayo… ayo… masuk,” ajak penjaga stand tersebet dengan ceria dalam bahasa Inggris.

“Ini,” penjaga tersebut melanjutkan, sambil menyerahkan sebuah bola plastik kecil pada Yoochun. “ Kalau kau bisa memasukkan bola ini ke ke keranjang itu, kau bisa memilih satu boneka yang yang disana.” Penjaga stand menunjukkan pada Yoochun letak keranjang kemudian boneka-boneka yang akan menjadi hadiah, masih dalam bahasa Inggris.

Yoochun memberikan beberapa uang kepada penjaga stand sebagai kompensasi harga.

“Lihatlah, Jae. Akan kudapatkan boneka gajah itu untukmu,” ujar Yoochun melihat pada Jaejoong, sambil menunjuk pada tempat boneka-boneka hadiah di letakkan, dimana salah satu dari boneka-boneka itu terdapat boneka gajah kesukaan Jaejoong.

Puk~

“Aish,” runtuk Yoochun. Bola pertamanya gagal terjun ke keranjang. Ia tak langsung menyerah, ia meminta bola lebih banyak pada penjaga stand. “Kau tenag saja, Jae. Aku pasti mendapatkan boneka gajah itu,” ujar Yoochun kembali kepada Jaejoong.

Jaejoong tersenyum melihat Yoochun yang penuh semangat begini. Ia mengangkat kepalan tangannya – memberi semangat pada Yoochun.

Puk~

Puk~

Puk~

“Aish.. Shit!” umpat Yoochun. Ia masih tak menyerah juga. Ia kembali meminta banyak bola pada penjaga stand.

Mata indah Jaejoong berkeliling mengamati keramaian festival. Tapi tiba-tiba mata besarnya tak sengaja menakap obyek boneka beruang besar yang di letakkan di sebelah boneka-boneka hadiah memasukkan boal ke dalam keranjang. Sesaat ia terpaku melihat boneka tersebut.

Puk~

“Yeey!” seru Yoochun senag bukan main. Ia berhasil memasukkan bola ke dalam keranjang.

Si penjaga stand bertepuk tangan untuk Yoochun.

“Berikan boneka gajah itu untukku,” ujar Yoochun menunjuk pada boneka gajah di letakkan.

“Selamat, kau berhasil,” kata penjaga seraya menyerahkan boneka gajah kepada Jaejoong.

“Joongie, untuk – “ ucapan Yoochun terputus. Ketika ia mendapati Jaejoong justru melihat ke arah yang lain, terlebih tatapan tersebut serius sekali.

“Boneka beruang itu, bagaimana aku bisa mendapatkannya?” Jaejoong tak menyadari Yoochun sedang berbicara padanya. Ia malah bertanya pada penjaga stand tersebut, yang seorang bule cantik dan Jaejoong menggunakan kemampuan bahasa inggris-nya yang terbatas. Tentu saja ia masih perlu banyak belajar untuk hidupnya yang baru sekerang, terlebih di negeri yang baru juga.

“Kalau kau bisa memasukkan bola ke keranjang tiga kali berturut-turut, beruang besar itu akan jadi milikmu.”

Jaejoong tersenyum.

“Berikan beberapa bola untukku,” Jaejoong melihat pada penjaga stand.

Yoochun agak tersentak. Ia tidak tahu kalau sekarang Jaejoong juga menyukai beruang. Junsu benar, Jaejoong sudah banyak berubah. 

“Aku akan melakukannya untukmu, Jae,” Yoochun mengiterupsi cepat-cepat. Jaejoong dan penjaga stand jadi melihat padanya.

“Aniyo, Chunnie. Aku ingin mendapatkannya dengan tanganku sendiri,” balas Jaejoong penuh keyakinan.

“Tapi, Jae – “

“Kau sudah bekerja keras untuk gajahnya, aku juga ingin mendapatkan beruang itu dengan kerja keras juga.” Jaejoong tersenyum sangat manis. Yoochun jadi tak dapat menolak keinginan Jaejoong tersebut.

Yoochun lalu meminta penjaga stand memberikan beberapa bola kepada Jaejoong.

-------

Senyuman seolah tak henti-hentinya mengukir manis di bibir cherry Jaejoong. Yoochun jadi ikut senang dapat melihat Jaejoong tersenyum seperti ini. Selama sebulan – setelah namja cantik itu memulai hidup baru di Amerika, Yoochun belum sekalipun melihat Jaejoong sesenang ini. Hanya seulas senyum yang Yoochun dapati dari sosok kekasihnya tersebut, itupun sangat jarang. Seperti yang Junsu juga katakan, Jaejoong malah lebih banyak murung. Yoochun tidak mengerti apa yang di benak Jaejoong saat ini. Bukankah seharusnya ia senang bisa berkumpul dengan Junsu dan Eomma-nya – yang selama bertahun-tahun di dambakannya? Entalah.

“Sepertinya kau benar-benar tergila-gila dengan beruang itu. Aku jadi iri,” celetuk Yoochun setengah bercanda, sambil tetap fokus menyetir mobilnya.

“Bukan aku yang menyukai beruang, tapi Yunho. Dia pasti sangat senang aku memberikan boneka beruang hasil kerja kerasku ini.” Jaejoong berucap sambil memainkan boneka beruang yang cukup besar. Entah ia sadar atau tidak, jika ucapannya ini memicu emosi Yoochun untuk menyeruak.

Ciit~

Yoochun menepikan dan menghentikan laju mobilnya dengan mendadak.

“Auw,” seru Jaejoong, cukup terkejut. Karena kepalanya agak membentur dasbor mbil.

“Jung Yunho, Jung Yunho lagi. BERHENTI MENGUCAPKAN NAMA BAJINGAN ITU DI DEPANKU!”

Tin~~~

Teriak Yoochun sebari memukul setir mobil dengan keras. Tentu saja membuat Jaejoong lebih terkejut lagi. Matanya melihat seperti penuh kemarahan pada Jaejoong.

Jaejoong seolah tersadar - kembali pada realita yang sedang terjadi. Demi Tuhan, ia mengutuk Yunho yang seperti tak pernah puas mengacaukannya. Apakah ini bentuk balas dendammu karena aku meninggalkanmu, Yunho-ah?

“Kau berubah, Kim Jaejoong.”

Jaejoong jadi melihat pada Yoochun.

“Tidak, tidak, Yoochunnie. Aku mencintaimu,” ujar Jaejoong cepat-cepat. Ia takut Yoochun salah paham.

“Cinta kau bilang. Bagaimana bisa disebut cinta, KALAU YANG DI KEPALAMU CUMA JUNG YUNHO DAN JUNG YUNHO!” Yoochun berteriak kembali. “Aaa… SHIT!” 

Buk~
Tin~~~~

Yoochun mengumpat, dan memukul setir mobil lebih keras lagi. Jaejoong tersentak, ia semakin ketakutan.

“Kita ahiri saja hubungan  ini. Aku tidak bisa bersama dengan orang yang tidak mencintaiku. Kau bukan Kim Jaejoong-ku yang dulu,” kata Yoochun kali ini lebih pelan. Matanya menghangat, namun ia bertahan keras untuk  tak meneteskannya.

Tubuh Jaejoong terasa melemas. Pelukannya pada boneka beruang-nya pun terlepas. Ia meraih lengan Yoochun sambil menitikan airmatanya.

“Kau bercandakan, Yoochun-ah.”

“Kau mencintai bajingan itu. Untuk apa aku mempertahankan hubungan, jika orang itu mencintai orang yang paling ku benci di dunia ini. Aku akan mengantarkanmu pulang, Kim Jaejoong,” kata Yoochun dingin. Ia mengemudikan kembali mobilnya dan tak menggubris apapun yang Jaejoong lakukan.

--------

Ibu Jaejoong memasuki kamar putra pertamanya dengan hati yang hancur. Ia telah mendengar lansung dari mulut Yoochun tentang hubungan asrama putra pertamanya dengan anak dari sahabatnya yang sudah ia anggap seperti putra sendiri – Park Yoochun, berahir sampai disini saja. Sungguh, ia menyangkan keputusan Yoochun ini. Mengingat bagaimana pria cassanova itu tidak mudah dalam memperjuangkan Jaejoong. Namun, ia juga tak menyalahkan putranya. Tiga belas tahun hidup bersama, terlebih kebersamaan itu sangat intim, tidak mungkin tidak ada yang terjadi. Ia mengerti perasaan Jaejoong pada Yunho, yang tak pernah disadari oleh Jaejoong sendiri.

“Joongie-ah,” lirih Ibu Yunho. Ia lalu memeluk Jaejoong, yang tertuduk di lantai dengan memeluk boneka beruangnya sambil menangis.

“ Jung Yunho bukan bajingan, Eomma. Dia bukan orang jahat. Dia tidak pernah menyuruhku untuk menyiapkan baju atau memasak untuknya. Joongie sendiri yang ingin melakukannya. Yunho, kasihan dia, Eomma. Dia selalu kesepian. Dia hanya ingin Joongie selalu bersamanya,” tutur Jaejoong. Ia menangis lebih lepas lagi dalam pelukan ibumya.

“Arasseo, Eomma mengerti, Joongie. Eomman mengerti kau mencintai Jung Yunho.”

“Aniyo, Eooma. Jongie hanya kasihan padanya.”

“Kau salah, Joongie. Kau bukan kasihan pada Jung Yunho, tapi kau tidak ingin Yunho menderita dengan kesepiannya. Kau ingin membuatnya bahagia. Kau mencintai Jung Yunho.”

Jaejoong melepas pelukannya. Ia melihat pada ibunya tersebut. Apa benar ia mencintai Yunho? Kenapa Yoochun juga mengatakan seperti yang ibunya katakan barusan?

“Apa kau menderita selama tiga belas tahun ini?” tanya ibu Jaejoong pada Jaejoong.

Perlahan, Jaejoong menggelengkan kepala. Jujur, ia tak merasa mederita hidup bersama Yunho. Meski rasa kesal, dan marah, benci pada Yunho, tak Jaejoong pungkiri terkadang juga menyeruak dalam hatinya. Tertelibih ketika emosi sedang mengendalikan Yunho, sehingga menjadi tega memperlakukannya dengan kasar. Namun itu semua hanya sesaat. Ia selalu ingin menangis ketika mendapati Yunho menangis – mengungkapkan semua yang sedang pria tampan itu rasakan juga hatinya yang selalu kesepian. Dan ia selalu berusaha menyenagkan Yunho agar pria penyuka beruang itu tidak merasa kesepian ketika bersamanya. Ia selalu berusaha membuat Yunho bahagia. Apakah berarti ia mencintai Yunho?

“Eomma…” Jaejoong kembali memeluk ibunya.

“Kehidupanmu dan kebahagiaanmu bukan disini tapi ada bersama Yunho, Joongie.”

“Tidak, Eomma. Aku bahagia disini.”

Ibu Jaejoong melepaskan pelukannya, ia lalu malah menjitak kepala Jaejoong. Ibu Jaejoong tersenyum, saat Jaejoong merengek padanya sambil memegangi kepala.

“Dasar anak bodoh. Disini kau seperti mayat hidup, tidak pernah tersenyum lagi dan selalu murung. Kemana pun kau selalu membawa Jung Yunho dalam isi pikiramu. Kau tidak bisa melepaskan diri darinya, Joongie. Kebahagiaanmu ada bersamanya. Kembalilah ke Korea, jemput  kembali kebahagiaanmu, Sayang.”

“Apa maksud Eomma. Eomma tidak membenci Jung Yunho?” tanya Jaejoong, seolah masih tidak percaya dengan yang di dengarnya. Ia selalu berpikir ibunya tersebut membenci sekali pada Yunho. Masuk akal, setelah apa yang telah Yunho lakukan pada dirinya – Jaejoong. Yang tega memisahkan anak dan ibu dari keluarga Kim.

“Tentu, tentu saja Eomma sangat marah padanya. Dia sudah mengambilmu dari Eomma. Tapi Eomma tidak bisa berbuat apa-apa kalau anak Eomma sendiri yang tidak bisa kehilangan Yunho. Katamu Yunho mencitaimu. Kembalilah ke sisinya. Bantu Yunho mendapatkan kebahagiaannya.” Ibu Yunho berucap dengan menetesnya airmata.

Yeah,  ibu Jaejoong memang tak banyak pilihan. Ia tidak tega melihat pederitaan batin Jaejoong. Ia memang membenci Yunho namun putranya mencintai pria tampan yang ia benci tersebut. Terlebih setelah Jaejoong memberitahu tentang keadaan Yunho yang sebenarnya. Selain mencoba untuk menerima Jung Yunho, ibu Jaejoong tidak ada pilihan yang lain.

“Eomma, aku mencintaimu.”  Dengan girang, Jaejoong memeluk ibunya kembali. Ia benar-benar takjub pada kelapangan hati ibunya yang sangat dalam.

“Bawa Jung Yunho kemari setelah kau berhasil membantu anak itu mendapatkan kebahagiaannya. Katakan padanya kalau dia merindukan kasih sayang seorang eomma, Eomma bersedia menjadi Eomma-nya.”

“Eomma, jeongmal… saranghaeyo,” Jaejoong mengeratkan pelukannya. Tangisan sedihnya berubah menjadi haru. Ia semakin takjub pada ibunya.

------

At  Airport in LA, Amerika

“Sampaikan ucapan terima kasihku pada Park Yoocun,” pesan Jaejoong pada Junsu yang mengantarkannya ke bandara.

Yeah, seperti yang dikatakan ibunya. Hari ini Jaejoong akan kembali ke Korea, kembali kepada kebahagiannya.

“Tentu saja, Hyung.” Junsu tersenyum. Ia sama seperti ibunya, mencoba menerima Yunho sebagai calon kakak iparnya. Meski ia belum dapat selapang ibunya.

“Dan bantu Yoochun mengembalikan perasaannya.” Kali ini Jaejoong yang tersenyum dan Junsu mengerutkan dahi.

“Apa maksudmu, Hyung.”

“Aku tahu kau mencintai Park Yoochun, Su-ie.”

~TBC~





Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar