Selasa, 06 Agustus 2013

[FF-YunJae] MISSING LOVE/Chapter 3

Title : Missing Love

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae


Legh : 3 of ?


Ratting : PG-17


Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC


Cast :

- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

 FF ini terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek dari drama I Miss You yang nguras emosi…

Ok, Happy reading all. . .


> > >

Yoochun berjalan pelan dan biasa saja. Ia tak mau menimbulkan kecurigaan diantara para penjaga rumah Yunho yang tersisa. Ia beralasan Yunho menyuruhnya mengambil beberapa berkas yang ketinggalan, agar ia dapat masuk – menjemput Jaejoong.

Ceklek~

Jaejoong menolehkan kepalanya. Ia melihat Yoochun memasuki kamarnya dengan mengendap-endap.

“Yoochun-ah,” Jaejoong lantas berdiri menghampiri Yoochun. Dan memeluknya sebentar.

“Kau belum siap-siap, Jae?” tanya Yoochun. Mengamati Jaejoong dari ujung kaki sampai kepala. Jaejoong masih juga menggunakan pakaian santainya.

Jaejoong tak langsung menjawab. Ia malah menundukkan kepalanya. Jujur saja ia masih bimbang. Jaejoong memang bergembira sekali bisa bersama keluarganya kembali dan menjalani kehidupan yang normal, namun sisi hatinya yang lain merasa tidak ingin pergi. Ia tidak tega meninggalkan Yunho yang psikologis-nya sangat kacau. Terlebih tentang pernyataan cinta Yunho (meski tidak langsung), juga seperti ikut menahannya untuk pergi. Ottoke?

“Jaejoong-ah…” panggil Yoochun, mengguncang bahu Jaejoong.

Pikiran panjang Jaejoong pun membuyar.

“Apakah harus sekarang, Yoochun-ah?” tanya Jaejoong lirih.

“Tentu saja, Jae. Kesempatan seperti ini belum tentu datang dua kali.” Yoochun berkata dengan penuh semangat.

Jaejoong tersenyum tipis. Apakah ia harus meninggalkan Yunho sekarang?

“Yoochun-ah, se-sebenarnya hari ini Yunho sedang sakit. Apa tidak bisa kepergian ini ditunda sampai Yunho sembuh? Mulai bulan depan Yunho akan  sangat sibuk ke luar negeri, aku yakin kita akan sangat mudah memperoleh kesempatan seperti ini lagi.”

Yoochun melepaskan tangannya dari pundak Jaejoong. Ia terkekeh. Perkataan Jaejoong barusan, seperti pedang yang mencincang perasaan Yoochun tanpa ampun. Sakit sekali dengan kenyataan bahwa Jaejoong malah peduli pada orang yang seharusnya  dibenci.

“Ah, apakah persaanmu sekarang sudah beralih pada bajingan itu, Kim Jaejoong?” tanya Yoochun sinis. Wajahnya memerah – marah.

Jaejoong dapat melihat itu. Ia pun menjadi agak panik. Bukan seperti itu maksudnya.

“Bu-bukan seperti itu, Chunnie. A-aku hanya kasihan pada Yunho. Dia tak memiliki siapapun untuk memperhatikan dirinya, bahkan ia sendiri tak peduli dengan kesahatannya. Dia sedang sakit, kalau akau pergi siapa yang akan merawatnya? Sakit tifus-nya bisa semakin parah,”  Jaejoong berusaha menjelaskan.

“Ha… Haha…” Yoochun tiba-tiba tertawa-tawa. Nanun tawanya terdengar menyedihkan.

Jaejoong meremas ujung kemejanya, bertambah takut.

“Ukh!” pekik Jaejoong. Tiba-tiba Yoochun mencengkram dagunya, sambil memberinya tatapan yang tajam.

“Jung Yunho sudah mengurungmu selama 13 tahun. Dia merebutmu dari sisiku. Dia juga memisahkanmu dari Junsu dan Eomma-mu. Dia menjadikanmu pelayan dan pemuas nafsunya. Jung Yunho memperlakukanmu seperti budak. BAJINGAN SEPERTI ITU TIDAK PANTAS UNTUK DIKASIHANI!” Yoochun berteriak tepat di wajah Jaejoong.

Jaejoong pun tak sanggup mencegah airmatanya untuk mengalir deras.

Jaejoong, tidak pernah menyangka Yoochun dapat semarah ini padanya. Rasa cemburu, sakit dan tidak terima, yang telah menumpuk di dalam hati Yoochun, seolah seperti bahan-bahan bom waktu yang siap meledak kapan saja dan tanpa recana. Yoochun tidak kuat lagi berpura-pura baik-baik saja dengan perasaannya, jika Jaejoong memperlakukan dirinya seperti ini.

“Singkirkan tanganmu dari Kim Jaejoong, Micky Park!”

Yoochun menarik cengkramannya dari dagu Jaejoong. Ia berbalik dan berdiri di sebelah Jaejoong. Ia membuka mata lebar-lebar, tak disangka-sangka Yunho kini telah berdiri di depannya. Jaejoong bereaksi tak jauh beda dengan Yoochun. Bukankah seharusnya Yunho sedang di pulau Jeju sekarang? Oh, shit.

“Pengawalku melapor kalau ada penghianat menyusup ke dalam rumahku. Aku beruntung belum berangkat ke pulau Jeju sehingga aku tidak terlambat menangkap penghianat itu,” kata Yunho.

Sret~
Yunho lalu menarik lengan Jaejoong. Reflek, Yoochun pun menahan dengan dengan menarik lengan Jaejoong yang lain.

“Lepaskan Jaejoongku, Park Yoochun!” Yunho setengah berteriak.

Jaejoong agak tersentak dan jadi melihat pada Yunho. Bagaimana Yunho bisa tahu?

“Jaejoong-mu? Ck, Dia milikku!” Yoochun agak menarik Jaejoong lebih mendekatinya. Ia melihat tajam pada Yunho.

Yunho tertawa meremehkan.

“Milikmu? Apa kau pernah merasakan bibir Jaejoong yang menggoda? Sangat manis dan seperti candu. Aku juga sangat yakin kau belum tahu tubuh seksi Jaejoong saat naked. Apa lagi merasakan masuki tubuhnya melalui hole ketat yang selalu memberi kenikmatan yang bisa membuatmu melayang. Belum kan? Hahahahah….”

Yoochun mengepalkan satu tangannya. Giginya saling menekan geram.

“Kau tidak mendapatkan itu semua, Park Yoochun. Bagaimana bisa kau mengatakan Jaejoong milikmu?” Kali ini giliran Yunho yang menarik Jaejoong mendekati padanya.

Yoochun dan Yunho kemudian saling melihat tajam. Jaejoong pun menjadi panik melihat dua pria yang pernah mengucapkan cinta padanya tersebut bertemu dam situasi seperti ini.

“Aku sudah melaporkan penculikan pengurunganmu kepada Jaejoong kepada polisi. Dan mereka mungkin dalam perjalanan kemari. Jadi, kalau kau tidak melepaskan Jaejoong sekarang. Bersiap-siaplah polisi akan menangkapmu dan kau akan membusuk di penjara.” Ujar Yoochun, yang membuat Yunho juga Jaejoong menjadi terkejut. YunJae tidak menyangka Yoochun bisa sejauh ini bertindak.

“Kau mencoba menakutiku, Park Yoochun,” Yunho meskipun menjadi agak was-was. Ia berusaha tidak terpancing dan menganggap Yoochun hanya mengancamnya saja.

Yoochun merogoh sesuatu dari sakunya. Ia mengambil secarik kertas dan membuka lipatannya dengan  terburu-buru. Ia lalu mengangkat – menunjukkan isi surat tersebut yang di salah satu sudut atasnya terdapat logo polisi.

“Kupikir kau tidak bodoh untuk dapat mengerti surat apa yang di tanganku ini.” Yoochun berujar sebari tersenyum kemenangan. Membuat Yunho dan Jaejoong lebih terkejut lagi.

Yunho mengepalakan satu tangannya, namun tangannya yang lain justru melepaskan genggamannya pada Jaejoong.

Sret~

Yoochun menarik Jaejoong kembali ke sisinya.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Kim Jaejoong. Sebelum kau membunuhku dengan tanganmu itu,” ucap Yunho yang cukup membuat terkejut. Matanya nampak sembab oleh cairan bening yang memenuhinya.

“Yunho-ah,” lirih Jaejoong.

“Apa gunanya aku hidup, Jae. Kalau harus kesepian lagi. Satu persatu orang-orang di dekatku akan pergi meninggalkanku. Aku tak mau sendirian lagi… aku takut… .”

Buk~

Yunho terjatuh dan berlutut. Ia memeluk dirinya sendirinya dan dengan uraian airmata yang kini membasahi dipipinya.

Yoochun dan Jaejoong tersentak. Yoochun membulatakan matanya, ia tak menyangka Yunho ternyata serapuh ini. Jaejoong akan melangkah menghampiri Yunho, namun Yoochun menahannya.

“Hari itu, pertama kalinya jantungku berdebar kencang dan suhu tubuhku berubah-ubah dengan cepat. Lalu kau memelukku, debaran dan perubahan suhu tubuhku kembali tenang. Kegundahan yang hampir setiap saat kurasakan hilang dalam sekejap, pertama kali aku bisa merasakan nyaman dengan kehidupan ini setelah oranngtuaku meninggalkan aku. Aku mencintaimu, Kim Jaejoong. Kau satu-satunya orang yang bisa menenangkan suasana hatiku,” Yunho mengungkapkan yang dirasakannya.

Jaejoong menitikan airmata haru. Ia semakin yakin Yunho tidak pernah bermaksud mengurung dirinya apalagi memperlakukannya sebagi budaknya. Yunho hanya seorang pria yang nampak gagah dan kuat di luar namun rapuh di dalam. Yunho seorang yang kesepian dan membutuhkan banyak perhatian.  

Yoochun menarik lengan Jaejoong untuk mengajak namja cantik itu pergi dari istana Yunho. Namun Jaejoong tak bergerak sedikitpun, ia malah saling menatap dengan Yunho.

“Kim Jaejoong!” bentak Yoochun, menyadarkan Jaejoong.

Jaejoong melihat pada Yoochun.

“Ibumu sedang sakit karena terus memikirkanmu, Joongie. Ibumu dan Junsu sangat menunggumu. Sekarang kau pilih, kesehatan ibumu atau kesehatan orang yang memperlakukanku seperti budak?” Yoochun setengah mengancam pada Jaejoong. Jaejoong semakin sulit memutuskan.

“Jaejoongie, jangan pergi. Aku mencintaimu,” kata Yunho. Ia sangat berharap Jaejoong tidak meninggalkan dirinya.

“Cinta? Itu bukan cinta, Jung Yunho. Cinta tidak akan memperlakukan orang yang ia cintai seperti hewan peliharaan!” Yoochun setengah berteriak pada Yunho.

“Jaejoongie…” lirih Yunho, memohon.

“Jangan dengarkan Jung Yunho. Bajingan ini hanya berbohong agar ‘peliharaannya’ tidak pergi,” tandas Yoochun. Ia lalu menarik Jaejoong pergi.

Tak ada perlawanan dari Jaejoong. Tega tidak tega, ia harus pergi. Bagaimanapun Jaejoong juga sangat merindukan Junsu dan Eomma-nya. Ia juga tak mau dibilang anak durhaka karena tak memperdulikan ibunya yang sedang sakit.

Yoochun dan Jaejoong berjalan keluar melewati anak buah Yunho, dan tanpa sekalipun mereka menoleh kebelakang.

# # # # #

Yunho meneguk segelas bir, entah sudah yang keberapa. Yang kini pria tampan itu kehilangan sebagian dari kesadarannya.

“Semuanya pergi… hahah…” Yunho tertawa-tawa sebari melihat datar pada gelas kini di tangannya.

“Apa kau juga pergi, Paman Lee. Seperti mereka dan Jaejoong?” Yunho kini melihat pada Paman Lee, sekertaris pribadi keluarga Jung yang sekaligus pengasuh Yunho sejak kecil.

“Saya tidak akan pernah meninggalkan, Tuan muda,” jawab Paman Lee, yang terus mengawasi Yunho dari tadi, di sebelahnya.

Yunho kembali melihat pada gelasnya, dan memainkannya – memutar-mutar di atas meja.

“Bohong. Mereka juga mengatakan akan bersamaku selamanya, tapi mereka tetap meninggalkanku. Tidak pernah ada yang peduli padaku. Bahkan Jaejoong juga meninggalkanku,” celetuk Yunho. Ia lalu menuangkan kembali bir ke gelasnya. Ia akan meneguk kembali, namun dengan cekatan Paman Lee merebutnya.

“Paman Lee!” teriak Yunho marah. Ia menatap tajam pada Paman Lee.

“Bawa Tuan Muda ke kamarnya,” perintah Paman Lee pada beberapa pelayan yang juga ikut mengawasi Yunho. Ia merasa sudah cukup Yunho membuat dirinya mabuk. Jika diteruskan, bisa-bisa sakit Yunho menjadi semakin parah. Dengan menolak pergi ke dokter ditambah dengan kepergian Jaejoong, sudah cukup menambah kekhawatiran Paman Lee pada Tuan mudanya itu.

“Yak! Lepaskan aku, berikan gelasnya padaku, Paman Lee!” Yunho memberontak, ketika dua pelayannya mencoba untuk membawa Yunho ke kamarnya.

Dua pelayan Yunho tak membiarkan Yunho memberontak lebih lama, mereka terpaksa agak kasar untuk memaksa Yunho menuju kamarnya.

Buk~

Tubuh Yunho di hempaskan ke ranjang, Paman Lee mengikutinya dari belakang. Yunho seketika memutar tubuhnya, tertidur menyamping dengan menekuk kakinya, membelakangi orang-orang yang di dekatnya kini.

“Eomma… Appa…. Yunho takut, Yunho sendirian lagi. Jaejoong pergi… dia pergi Eomma…” rancau Yunho  sambil terisak.

Paman Lee melihat dan merasa sedih pada Yunho yang seperti ini. Ia kemudian membenarkan letak selimut untuk  menutupi tubuh pria tampan itu. Ia kemudian bersama dua pelayan yang membawa Yunho tadi keluar dari kamar Yunho.

“Joongi-ah… Kim Jaejoong….” Yunho tersenyum miris, masih dengan mata basah oleh airmata. Ia mengulurkan tangannya, seolah-olah akan menggapai Jaejoong berada di depannya dengan tersenyum manis.


~TBC~

Geje yah….
RCL nya yah… kekekek
Sampai jumpa minggu depan…




Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar