Title : Love for Me
Author : Minhyan-ssi
Pairing : Yunjae
Legh : 1 of ?
Ratting : PG-17
Genre : Drama – Angst – Yaoi – Mpreg – Family – NC (ditunggu saja)
Cast :
- Jung Yunho (30)
- Kim Jaejoong (29)
- Shim Changmin (12)
-Etc
Ok, Happy reading all. . .
# # # #
Banyak mata sekarang melihat – mengikuti setiap
langkah beberapa orang yang mendorong tempat tidur, yang terdiri dari dokter,
suster dan seseorang yang berpakaian kantoran, juga tak lupa pria cantik
berpakian modis yang seolah tak sedetik pun melepaskan genggaman tangannya pada
tangan bocah 12 tahun yang berbaring sambil merintih sakit padanya.
Beberapa saat yang lalu, Jung Changmin kabur dari
sekolah untuk diam-diam menemui ibunya yang beberapa bulan ini tak dapat ia
temui. Jung Yunho – ayahnya, setelah bercerai dari Kim Jaejoong - ibunya 5
tahun yang lalu, selalu melarangnya menemui ibunya. Jika tidak dengan diam-diam
begitu, ia tak pernah dapat bertemu dengan orang yang melahirkannya dan begitu
ia sayangi. Naas, untuk kali ini Changmin tidak seberuntung sebelum-sebelumnya,
ia ditabrak mobil saat hendak menyebrang disebuah jalan.
“Changmin-ah…” lirih Jaejoong, dengan iringan air
mata yang tak berhenti untuk jatuh.
Tak mengucap sepatah katapun karena tak mampu, Changmin
terus saja melihat pada Jaejoong sebari menggenggam erat tangan ibunya
tersebut.
Yunho tak berkomentar banyak, ia hanya melihati anak
dan mantan istrinya tersebut dengan bergantian. Ia tak mungkin menyuruh
Jaejoong melepaskan tangan Changmin atau pun Changmin melepaskan ibunya dalam
saat seperti ini. Changmin seperti lebih membutuhkan Jaejoong dari pada
dirinya, namun Yunho tetap tak mau sedikit saja melelehkan egonya walaupun
Changmin seperti ini.
Seoul,
2000
“Dan Kim Jaejoong, apakah kau menerima Jung Yunho
sebagai suamimu?”
“Ya, saya bersedia,”
“Kalian sah menjadi suami istri,”
YunJae saling mengulas senyum mereka sebelum
berciuman di hadapan para tamu dan pastur. Ini gila, padahal Jaejoong baru
dinyatakan lulus dari SMA-nya sehari yang lalu, dengan tanpa ragu ia menerima
pinangan mantan kakak kelasnya – pacarnya selama 6 tahun terahir – Jung Yunho
untuk menikah. Ia sangat yakin Yunho adalah seseorang yang dikirim Tuhan untuk
menemani hari-harinya di masa depan atau bahkan kehidupan setelah kehidupan di
dunia.
Rumah tangga Yunjae sangat harmonis dan romantis,
meskipun mereka pasangan yang sangat muda. Di temani malaikat kecil – buah
cinta keduanya, Yunjae mengisi hari-hari mereka dengan bahagia.
Sebelum diusia pernikahan mereka yang keempat,
Jaejoong mengajak Kim Junsu – sahabatnya untuk tinggal bersamanya. Ia kasihan
pada Junsu yang saat itu benar-benar terjatuh hingga kedasar. Setelah
perusahaan orangtuanya bangkrut, orangtua Junsu bunuh diri dan Junsu menjadi
sebatang kara.
Yang tak pernah Jaejoong duga, hal itu justru malah
menghancurkan kehidupan bahagianya. Entah seperti apa cerita persisnya, suatu
hari Jaejoong memergoki Yunho sedang berciuman dengan Junsu.
Ribuan kali Yunho meminta maaf pada Jaejoong karena
kesalahannya tersebut, namun Jaejoong tak menggubrisnya sedikitpun. Malah
Jaejoong mengajukan cerai dengan Yunho.
Yunho marah, ia jadi tak peduli apapun. Ia bahkan
membirkan saja emosi menguasai dirinya. Yunho mengikuti semua yang Jaejoong
mau, kecuali satu, Changmin – anak mereka. Ia tidak akan mengalah dari Jaejoong
tentang Changmin, dipengadilan nanti.
Seoul,
2013
Dug~
Yunho menoleh, bahunya seperti ditepuk pelan oleh
seseorang.
“Berikan ini pada Kim Jaejoong.” Ujar Park Yoochun –
sepupu Yunho, sebari menyodorkan kantong kresek berisi makanan.
Yunho lalu bangun dari bersandar pada pintu kamar
dimana Changmin terbaring lemah setelah operasi beberapa jam yang lalu. Ia
dengan halus mendorong uluran tangan Yoochun.
“Jika aku bisa, aku tidak akan meminta tolong
padamu. Tapi hanya Appa dan Eommanya saja yang boleh masuk menemani Changmin,”
kata Yoochun dengan sedikit membujuk.
Sedikit terpancing, Yunho lalu menoleh pada Yoochun.
Namun belum berucap sepatah katapun.
“Dalam keadaan seperti ini Changmin lebih
membutuhkan Jaejoong daripada kau. Bisa, kau membayangkan saat perasaan
Changmin saat sadar nanti tak mendapati Jaejoong disampingnya, karena Jaejoong
harus tak berdaya setelah seharian tak ada sebutir makanan untuk menjadi
tenaganya? Untuk kali ini saja, kesampingkan dulu egomu dan sedikit
mengalah-lah demi Changmin.” Panjang lebar Yoochun menasehati, sebari tetap
menyerahkan makanan tersebut pada Yunho.
Yunho tak langsung merespon, ia nampak berpikir
keras untuk ini. Bukankah melalukan apapun demi Changmin juga menjadi salah
satu dari prinsip hidupnya saat ini? Jika ia tetap bersikeras begini, sama juga
dengan ia melanggar prinsipnya sendiri.
“Kau mengalah tidak akan merugikanmu sedikitpun. Ini
semua untuk kebaikan Changmin,” Yoochun kembali menegaskan.
Dan ajaib, seolah dinding pertahanan Yunho runtuk
pada detik tersebut. Dengan perlahan juga ragu-ragu, tangan Yunho terulur untuk
untuk meraih makanan tersebut.
Yoochun tersenyum manis.
“Bujuk dia bagaimanapun caranya. Jaejoong harus
makan agar dia tak sakit.”
Yunho lalu melangkah pelan untuk, tanpa menjawab
pertanyaan Yoochun barusan.
# # # #
“Changmin-ah, apa kau dapat mengingatnya? Dulu saat
kau masih dalam perut Eomma, kau sangat senang saat Eomma mengatakan padamu
Eomma sedang memasak makanan enak dan sangat banyak. Kau sampai menendang perut
Eomma dengan penuh semangat. Dan Eomma, tidak pernah menyangka setelah lahir
kau menjadi monster food. Hahaha…” Jaejoong tertawa dalam tangis. Ia masih
setia menemani Changmin yang belum sadarkan diri sambil memegang erat tangan
putranya tersebut. Dan terlalu tenggelam dengan keadaan, membuat Jaejoong tak
menyadari jika Yunho sudah masuk dan mendengar celotehnya barusan.
Bayang-bayang saat 12 tahun yang lalu, tiba-tiba
melintas dihadapan Yunho bak layar besar bioskop. Moment ceria saat memasak Jaejoong
mengeluh sakit karena tendangan Changmin yang terlalu kuat pada perutnya, lalu
Yunho datang menghampiri mengelus perut buncit Jaejoong dan menciuminya
bertubi-tubi untuk menenangkan bayi mereka yang hidup didalamnya.
“Hari
ini kau akan makan banyak, Sayang. Jadi tenanglah dan biarkan Eomma-mu
memasaknya untukmu. Anak appa
mengertikan?” ujar Yunho 12 tahun yang lalu.
Secara
berkala Changmin pun melemahkan tendangannya, ia kembali tenang.
Yunho
tersenyum manis dan memuji pengertian bayinya. Ia lalu beranjak berdiri dan
mengecup mesra kening Jaejoong.
Yunho tersenyum kecut mengingat hal tersebut. Moment
itu memang indah, namun tidak lebih dari kenangan. Sekedar kenangan yang tak
penting digubris dalam keadaan seperti ini.
Bukan karena apa-apa selain hanya demi Changmin,
Yunho perlahan melangkahkan kakinya menuju pada Jaejoong.
“Kim Jaejoong,” panggil Yunho sebari menyentuh
pundak Jaejoong.
“Eoh?” Jaejoong agak tersentak. Ia cepat-cepat
menghapus airmatanya lalu menoleh. Dan keterkejutan nampak dari raut muka
Jaejoong saat melihat Yunho berdiri di sebelahnya.
“Park Yoochun menyuruhku memberikan ini padamu.
Makanlah,” Yunho menyerahkan makanan tadi pada Jaejoong.
Jaejoong menggelang.
“Park Yoochun bisa membubuhku kalau kau memakan
ini.” Adu Yunho.
“Bagaimana mungkin aku makan sementara putraku tak
dapat memakan apapun sekarang,” kata Jaejoong kembali menatap Changmin.
“A-aku sebenarnya tidak mau membujukmu seperti ini.
Tapi demi Changmin, aku terpakasa melakukannya.”
Jaejoong sedikit tertarik, namun bukan ia tersentuh.
Ia tahu persis Yunho masih membencinya dan ia sendiri juga tetap belum bisa
memaafkan Yunho, untuk sekedar menjadi temanpun masih jauh dari bayangan Yunho
dan Jaejoong. Lagi-lagi juga karena Changmin, ia harus menahan emosi diam-diam.
Setiap bertemu atau hanya mendengar nama Jung Yunho disebut, Jaejoong selalu
teringat dengan penghianatan beberapa tahun yang lalu. Dan menjadi emosi.
“Changmin sangat merindukanmu, setiap malam dia
hampir selalu mengigaukan namamu. Dan dalam ketidak sadarannya ia tak mau lepas
darimu. Jika kau tak makan akan membuatmu jatuh sakit. Aku tidak membayangkan perasaan
Changmin jika dia sadar nanti tak mendapati ada di sampingnya dan malah
tergolek lemah juga di rumah sakit.”
Tes~
Kembali Jaejoong menetaskan air matanya tanpa sadar.
Kali ini ia memang harus mengakui Yunho yang benar. Ia tak dapat menolak
tawaran Yunho, dengan agak ragu Jaejoong mengangguk.
Yunho tersenyum tipis. Ia menarik sebuah kursi ke samping Jaejoong
duduk.
“Aku akan menyuapimu,” ucap Yunho yang mengejutkan
Jaejoong.
Jaejoong melihat serius pada Yunho. Seolah mengerti
tatapan tersebut, Yunho jadi agak
tingkah.
“Ah… aish. Kau jangan salah paham. Aku hanya ingin
memastikan kalau makanan-makanan ini masuk ke perutmu, dan aku juga tak mau
dibunuh Park Yoochun. Lagi pla, tangan kananmu tidak dilepaskan oleh Changmin,
bagaimana bisa kau makan sendiri?” Yunho menjelaskan. Sebetulnya tidak begitu
adanya. Kata-kata tadi meluncur saja tanpa proses pemikiran di otaknya. Tapi ia
tak mau Jaejoong mengetahuinya.
“Arrasso…” lirih Jaejoong agak tersenyum
# # # # #
Sret~
“Kau mau kemana?”
Junsu menoleh, ia tersenyum sinis pada Yoochun yang
mencegah tangannya.
“Tentu saja meenghentikan hal yang tak seharusnya,”
jawab Junsu. Lalu kembali melihat melalui lubang di pintu namun terlapisi kaca.
Dari situ, nampak dengan jelas, Yunho yang sedang menyuapi Jaejoong.
“Bagaimana kau akan melakukan melakukannya?” Yoochun
bertanya lagi.
“Mudah, tinggal masuk dan menghentikan mereka.”
Junsu menjawab tanpa melihat pada Yoochun.
“Kalau begitu kau yang akan kuhenntikan.”
Mendengar perkataan Yoochun tersebut, membuat Junsu
langsung melihati pria disebelahnya itu dengan tajam.
“Kau tahukan hanya appa dan eomma Changmin saja yang
boleh masuk ruangan ini? Aku akan melaporkanmu pada dokter dan petugas rumah sakit
jika kau tetap pada keinginanmu.”
Diam-diam Junsu mengepalkan tangan, geram. Dan
seulas senyum malah nampak di bibir Yoochun. Apakah Yoochun merasa menang? Atau
menang? Tidak, justru ia sangat marah.
Perkataan Changmin beberapa hari yang lalu – saat
keponakannya itu curhat padanya, masih terngiang di telingan Yoochun dengan
begitu jelas. Dengan lemah bocah 12 tahun itu menangis padanya dan mengatakan
betapa ia sangat merindukan ibunya, lalu dengan nada bercanda Changmin bertanya
pada Yoochun ‘apakah jika ia sakit atau terjadi musibah padanya, dapat
mempertemukannya dengan ibunya dan ia bisa melihat kedua orangtuanya duduk
bersama?’. Dan Yoochun tak pernah berpikir, Changmin akan benar-benar melakukan
hal segila ini. Bagiamanpun, ia akan melukan apapun agar apa yang Changmin
lakukan ini menjadi sia-sia.
“Aku juga orangtunya. Sebentar lagi akau kan menikah
dengan Yunho.” Junsu tidak akan pernah mengalah.
“Disaat seperti ini, kira-kira siapa yang paling
Changmin butuhkan? Calon ibu tiri, atau… ibu kandungnya?” Yoochun menyingerai,
semakin mengaduk-aduk emosi Junsu.
“Aaah…!” Pada ahirnya Junsu pun berteriak kesal.
Matanya pun mulai memerah dan meneteskan airmata.
Yoochun masih nampak tenang dan dengan senyumannya
tadi.
“Apa kau bisa merasakan perasaan orang yang calon
suaminya malah bermesraan dengan pria lain? Terlebih pria itu mantan istrinya?
Apa kau bisa membayangkan sakitnya perasaan itu, Park Yoochun! Kau tidak akan
pernah bisa mengerti!” Junsu setengah berteriak.
“Aku tahu. Tapi aku pikir itu tak lebih menyakitkan
dari pada dihianati suami dan sahabatnya yang sudah ditolong dari kondisi
paling menyedihkan di dunia ini.”
Plak~
Dan tamparan pun melayang di pipi kanan Yoochun.
Sesaat Yoochun terpancing, namun secepatnya ia dapat mengendalikan dirinya
kembali.
“Jaga bicaramu, Park Yoochun. Aku dan Yunho saling
mencintai.”
“Cinta? Jika kau benar sahabat Jaejoong, kau tidak
akan pernah mengikuti perasaanmu dan menjadi penghianat. Kim Junsu, kau adalah
orang yang paling tidak tahu terimakasih di dunia ini.”
Plak~
Kembali Junsu melayangkan sebuah tamparan pada pipi
Yoochun, bersamaan itu, airmata Junsu mengalir lebih deras lagi. Tanpa bicara
apapun lagi, Junsu langsung pergi dari hadapan Yoochun.
Senyuman Yoochun berubah jadi ekspresi penuh kemarahan.
Ia mengepalkan tangannya.
Kehangatan diantara
sepupunya, sahabatnya, dan keponakannya di dalam sana. Ia tak akan
membiarkan sipapun menganggu mereka. Ia bersumpah demi Changmin.
~TBC~
Sudah tahu kan ini FF terinspirasi dari mana?
Tapi ini aku buat ala aku sendiri jadi mungkin g
bakal sama dengan kisah aslinya…