Title : Missing Love
Author : Minhyan-ssi
Pairing : Yunjae
Legh : 6 of 6 and Epilog
Ratting : PG-17
Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC
Cast :
- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc
FF ini
terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga
deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek
dari drama I Miss You yang nguras emosi…
Ok, Happy reading all. . .
####
“Kau bisa pergi setelah kau merasa lebih baik,” kata
Yunho seraya membantu Jaejoong meletakkan
secangkir kopi yang baru diminumnya ke nakas. Jaejoong bersandar di
tempat tidur Yunho setelah ia siuman beberapa saat yang lalu. Ia lalu duduk di
pinggiran tempat tidur – menyampingi Jaejoong.
Jujur saja, Yunho tak bermaksud berkata seperti
mengusir pada Jaejoong. Ia senang ahirnya dapat bertemu dan melepas rindumya
kepada Jaejoong. Ia dapat memeluk lagi pria cantik yang dicintainya tersebut.
Hanya saja, Yunho masih dibayang-bayangi oleh ketakutannya.
Ia jadi tak berharap banyak kepada Jaejoong. Ia juga
tak mau merasakan kembali ditinggalkan oleh orang yang ia cintai jika ia
terlalu memaksakan perasaanya.
Grep~
Yunho agak tersentak. Sepasang lengan tiba-tiba
memeluk pingganya. Ia marasakan punggungnya menghangat dan sesuatu seperti
bersandar disana. Siapa lagi jika bukan Jaejoong yang memeluknya dari belakang
begini.
“Aku akan mengikuti kemanapun kau pergi,” celetuk
Jaejoong. Membuat hati Yunho seperti berlonjak girang, namun sesaat saja. Pria
tampan ini berusaha tak terlalu larut dengan persaanya, ia harus realistis
mulai sekarang.
“Apa kau ini paparazi? Dan aku bukan artis,” ujar
Yunho dengan dingin.
“Aku tahu, tapi aku tetap akan mengikutimu, Jung
Yunho. Aku akan menjadi stalker-mu
atau bila perlu aku akan menjadi sasaeng
fans untukmu.”
Yunho melepaskan pelukan Jaejoong di pinggangnya. Ia
lalu memutar tubuhnya – melihat pada Jaejoong. Ucapan Jaejoong barusan, tidak
dapat Yunho anggap sepele.
“Jangan bermain-main dengan ucapanmu, Kim Jaejoong.”
Yunho melihat serius pada Jaejoong.
“Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku.”
Jaejoong balas melihat serius pada Yunho.
Yunho tertawa meremehkan. “Aku, tidak akan
menghancurkan diriku lagi hanya karena dirimu, Kim Jaejoong.” Yunho lalu
berkata sebari mengacungkan telunjuk tepat pada wajah Jaejoong. Demi Tuhan,
hati Yunho sedang memberontak. Ia tega berkata kejam pada orang ia cintai,
hanya demi rasionalitas yang teguh dipegangnya? So, damn it.
Yunho menggunakan rasionalitasnya untuk melarikan
diri dari rasa takut yang membelenggunya. Yang seharusnya tak perlu untuk keadaan
seperti ini. Memang ia tak terluka, tapi ia melukai Jaejoong.
Jaejoong pun agak tersentak. Mata indahnya mulai
terasa menghangat dan nyaris meneteskan airmata. Ia lalu memukul bahu Yunho
agak keras.
“JUSTRU KAU YANG MEMBUATMU HANCUR, JUNG YUNHO!”
teriak Jaejoong, dengan airmata yang tak terelakkan lagi.
Dan berbalik membuat Yunho tersentak.
“Kau tak pernah membiarkanku lepas darimu. Kau
selalu mengawasiku setiap saat! Bahkan, kau tak membiarkanku memikirkan
oranglain selain dirimu. Aku membencimu, Jung Yunho. AKU MEMBENCIMU!” Kali ini
Jaejoong berteriak dengan histeris. Ia terus menarik kemeja yang dikenakan
Yunho.
Yunho yang sebenarnya sudah hancur, semakin hancur
saja. Airmata, pada ahirnya tak dapat Yunho hindari juga. Perlahan kedua tangan
kekarnya terulur untuk menyentuh pundak Jaejoong.
“Aku menderita selama ini. Semakin aku ingin
meninggalkan semua tentangmu, justru aku sendiri yang tidak mau kau meninggalkanku.
Saat itu rasanya aku ingin mati karena merindukanmu, tapi aku tak dapat
memelukmu. Aku memang bodoh tidak peka dengan perasaanku sendiri. Aku
mencintaimu, Jung Yunho. AKU MENCINTAIMU!” kembali Jaejoong berteriak histeris.
Rasonalitas yang selama beberapa waktu memenangi
atas kontrol diri Yunho, runtuh saat itu juga. Tanpa banyak yang
dipertimbangkan lagi, Yunho langsung saja memeluka erat Jaejoong yang menangis
di dadanya.
Dihianati, dibohongi, ditinggalkan. Persetan dengan
semua itu. Yunho yakin Jaejoong mengatakan yang sebenarnya – dari hati
terdalamnya. Ia tidak melihat kebahagiaan di mata Jaejoong. Ucapan Bibi Jang
tadi pagi sebelum ia menuju restoran, tentang Jaejoong yang selalu berkunjung
dan menanyakan tentang Yunho selama setahun tanpa lelah. Yunho jadi semakin
yakin Jaejoong tulus mencintainya. Ia tak perlu goyah lagi oleh pikiran-pikiran
negatif dan ketakutan bodoh yang tak perlu.
Chu~
Yunho mencium bibir Jaejoong dengan lembut namun
dalam, dan tanpa nafsu disana. Jaejoong memejamkan mata, mencoba menikmati dan
sesekali membalas perlakuan mesra Yunho.
Seperti ada sihir yang menyatukan kembali
kepingan-kepingan hati Jaejoong yang sempat hancur berantakan. Ia pun kembali
tenang dan jiwanya terasa menghangat. Sangat nyaman. Yeah, seperti ini yang hati kecilnya inginkan. Kebahagiaan yang
berasal dari seorang Jung Yunho, bukan yang lain.
# # # # #
Epilog
LA,
Amerika 1 bulan kemudian
Jaejoong mengambil tangan Yunho, lalu menggenggam
dan agak meremasnya dengan lembut. Yunho yang sepanjang perjalanan menggunakan
mobil hanya terus menatap ke depan, jadi menoleh ke samping melihat pada
Jaejoong. Jaejoong balas tersenyum padanya.
“Jangan gugup, Yunnie,” kata Jaejoong pada Yunho,
yang duduk di sebelahnya di bangku belakang mobil. Dengan panggilan
kesayangannya untuk Yunho.
Yeah, bisa bilang hubungan YunJae kini
semakin dekat dan mesra. Tidak ada lagi keraguan Jaejoong baik tentang
perasaanya kepada Yunho ataupun cinta Yunho kepada Jaejoong. Perlahan kesehatan
psikologis Yunho pun membaik. Tentu saja hal tidak lepas dari perhatian dan
pengertian yang selalu Jaejoong berikan pada Yunho. Serta ketlatenan dan
kesabaran Jaejoong untuk menemani Yunho ‘berobat’ kepada ahlinya. Demi Yunho
agar dapat beradaptasi kembali dengan realitas sosialnya, Jaejoong tidak akan
menyerah membantu pria yang dicintainya itu.
“Tidak bisakah kunjungan ini ditunda, Boo?” tanya
Yunho, juga dengan panggilan kesayangannya pada Jaejoong.
“Kalau kau ingin kita menikah secepatnya, kita harus
bertemu dengan Eomma-ku dulu. Dia harus tahu kalau putranya yang cantik ini
akan menikah,” balas Jaejoong. Ia tersenyum sangat manis.
Chu~
Jaejoong mengecup singkat bibir Yunho.
“Apakah perasaanmu sudah lebih baik?” tanya
Jaejoong.
Yunho menggeleng ditemani sebuah seringaian yang tersungging
di sudut bibir mungilnya.
Chu~
Mata indah Jaejoong melebar. Ia reflek meremas
kemeja bagian pinggang Yunho. Ia sedikit melirik pada sopir taxi yang tengah
mereka berdua tumpangi sekarang. Wajah putihnya berubah merah padam dalam
sekejap. Bagimana tidak, Yunho mendadak menciumnya dengan dalam dan basah.
Tidak sadarkah Yunho jika mereka bukan sedang berduaan? Oh, dasar pervert bear.
Jaejoong melihat sopir tersebut sempat melirik pada
mereka, meski sekilas namun mampu membuat Jaejoong ingin ditelan bumi karena sangat malu.
# # # # #
“Jaejoongie…”
“Jaejoong hyung!”
Ibu Jaejoong dan Junsu langsung saja menghabur
memeluk Jaejoong yang baru saja menginjakkan kaki di rumah mereka. Jaejoong
tersenyum sambil melirik pada Yunho yang nampak gugup di sebelahnya.
“Aku merindukanmu, Eomma, Junsu-ah,” ujar Jaejoong.
Ia lalu balas memeluk dua orang yang dicintainya setelah Yunho.
“Kami lebih merindukanmu, Jongie,” balas ibu
Jaejoong. Ketiganya masih saling memeluk begini dalam beberapa saat. Dan tanpa
mengucapkan sepatah kata pun, hanya airmata bahagia yang mewakili perasaan hati
ketiganya. Terlebih ibu Jaejoong yang selama setahun lebih selalu mengkhawatirkan
Jaejoong, setelah terahir kali Jaejoong
mengabarkan jika Yunho pindah ke Jepang. Tapi beberapa waktu yang lalu
tiba-tiba Jaejoong mengabarinya kalau ia akan ke Amerika bersama Yunho. Ia
benar-benar bersyukur, ahirnya Jaejoong berhasil mendapatkan kembali
kebahagiaannya.
“Kau, Jung Yunho?” tanya Ibu Yunho kemudian. Setelah
menyudahi momen melepas rindu mereka.
“N-ne. Annyeong, Ahjumma.” Yunho yang sedikit
melamun, jadi tergagap. Ia membungkukkan badan pada ibu Jaejoong dengan
terburu-terburu.
Junsu tertawa kecil melihat Yunho tertangkap basah
tengah melamun. Yunho menggaruk belakang kepalanya, jujur saja ia sangat malu.
“Eomma, aku sudah sele – “ ucap seseorang yang baru muncul
dari dalam kamar rumah ini. Yang langsung menyita perhatian YunJae, Junsu dan
ibunya.
Mata musang Yunho melebar begitu melihat orang
tersebut. Ia mengepalkan tangannya karena mendadak emosinya menyeruak. Jelas
saja, karena orang tersebut adalah Park Yoochun. Dan Yunho tidak akan
membiarkan Yoochun mengambil Jaejoong lagi dari sisinya.
Jaejoong cepat menyadari emosi yang terjadi. Pria
cantik ini segera memeluk lengan Yunho sebelum Yunho dikendalikan emosinya. Ia melihat –
seperti memberi kode pada Junsu. Dengan cepat Junsu dapat mengerti maksud
hyung-nya.
Junsu berjalan mendekati Yoochun. Ia lalu memeluk
salah satu lengan Yoochun.
“Park Yoochun adalah suamiku sekarang,” Junsu
melihat pada Yunho dan tersenyum.
Yunho mengendurkan kepalannya perlahan.
“Park Yoochun adalah adik iparku sekarang. Tidak
perlu mengkhawatirkan apapun lagi. Aku juga tidak berminat menjadi milik orang
lain selain dirimu, beruang mesum.” Jaejoong agak berbisik di telinga Yunho.
Yunho menoleh padanya. Perlahan Yunho mengukir
senyuman manis di bibir mungilnya. Dalam sekejap, emosinya pun lenyap.Yeah,
jika benar seperti itu, ia tidak akan khawatir lagi.
“Tapi jika kau membuat kakak iparku menangis lagi,
aku akan mengambilnya dari sisimu. Dan mungkin aku tidak akan segan untuk
membunuhmu, Jung Yunho,” kata Yoochun, namun dengan tersenyum pada Yunho.
Yunho terkekeh. Ia tahu Yoochun tidak benar-benar
serius dengan ucapannya. Sekedar mengingatkan untuk mengigatkan dirinya agar memperlakukan
Jaejoong dengan lebih baik, itu saja.
# # # # #
Dalam setahun kebelakang, memang begitu banyak hal
terjadi tanpa terduga dalam hidup YunJae dan orang-orang yang dekat dengan
mereka. Yang telah terjadi, telah mendidik dan mengubah hidup mereka semua
menjadi lebih baik. Salah satunya adalah Yunho dan Yoochun, keduanya memutuskan
untuk mengahiri permusuhan diantara mereka. Dan menjadi keluarga besar
sebagaimana mestinya.
Tak ada lagi hal untuk mereka perebutkan. Yoochun
telah dapat menerima jika perasaan Jaejoong bukan untuknya lagi, meski itu
berat sekali diawal-awal. Yoochun sangat bersyukur memiliki Junsu disisinya.
Yang tak pernah menyerah, dengan cinta dan kesabarannya membantu Yoochun
melepaskan perasaanya kepada Jaejoong, dan membuka hatinya untuk orang lain.
Dan tiga bulan yang lalu ahirnya Yoochun resmi menikahi Junsu.
“Makanlah, ayo makan. Jangan biarkan perut kalian
meraung-raung. Yunho-ah, makanlah yang banyak,” ujar ibu Jaejoong – menyuruh
kepada anak-anaknya untuk segera makan sebari menaruh daging di mangkuk Yunho.
Mata musang Yunho seolah tak melepaskan sosok Nyonya
Kim. Ia menaruh satu tangannya yang memegang sumpit di meja sambil terus
mengamati setiap gerak-gerik calon mertuanya tersebuk yang sibuk membagikan
satu-persatu menu makanan ke mangkuk anak-anaknya.
Tes~
Yunho tanpa terasa meneteskan airmatanya. Secara
kebetulan ibu Jaejoong melihat hal tersebut, langsung saja melihat serius pada
Yunho.
“Yunho-ah, kau kenapa?” tanya ibu Jaejoong terdengar
seperti khawatir. Membuat Yunho semakin tak dapat mengendalikan airmatanya.
Pria tampan tersebut lantas menundukkan kepalanya.
Junsu, Yoochun dan Jaejoong jadi ikut melihat
padanya. Jaejoong yang duduk di sebelah Yunho lantas membelai lembut belakang
kepala Yunho. Bermaksud menenangkan kekasihnya tersebut.
“Yunnie…” lirih Jaejoong. Secara tidak langsung ia
juga sedang menanyai Yunho kenapa pria tampan ini menangis. Ia pun juga
merasakan khawatir pada Yunho, seperti ibunya.
“Aku… aku merindukan eommaku. Dulu dia sering menaruh
banyak makanan ke mangkukku seperti ini saat aku tidak nafsu makan. Aku
benar-benar merindukannya,” tutur Yunho. Tak lagi diam-diam dalam menangis. Ia
bahkan membairkan saja airmata mengalir deras membasahi pipinya.
Ibu Jaejoong merasa terharu, ia pun meneteskan
airmata juga. Ia semakin yakin yang dikatakan Jaejoong setahun yang lalu itu
benar. Yunho bukan orang yang jahat ataupun kejam, justru sebaliknya. Yunho
adalah pria yang rapuh di dalam karena kekurangan cinta dari orang-orang
terdekatnya. Ia hanya perindu cinta yang
menginginkan Jaejoong untuk memberinya cinta tersebut. Hanya caranya
saja mungkin kurang tepat.
Ibu Jaejoong lalu meraih tangan Yunho yang tersimpan
di meja dari tadi. Ia memegangnya, dan satu tangannya menepuk-nepuk kecil
tangan Yunho tersebut..
Yuno pun kembali menegakkan kepalanya – melihat pada
ibu Jaejoong.
“Yunho-ah, kalau kau meridukan eomma-mu, datanglah
padaku. Aku juga Eomma-mu, aku akan berusaha menjadi Eomma yang selalu
membuatmu merasa aman dan nyaman,” ujar ibu Jaejoong, membuat sekujur tubuh
Yunho berdesir hangat. Yunho bahkan jadi tak malu menunjukkan tangisannya yang
sesungguhnya – menujukkan kerapuhan yang sebenarnya (yang selama ini hanya
ditunjukkan kepada Jaejoong).
Suasana seperti ini juga membuat Junsu dan Jaejoong menitikan airmata haru. Junsu
menyembunyikan wajahnya di dada Yoochun yang dibalas Yoochun dengan sebuah
pelukan hangat. Sementara Jaejoong langsung membawa Yunho dalam pelukannya.
“Eomma-ku adalah eomma-mu dan adikku juga akan
menjadi adikmu, Yunnie. Kau adalah anggota baru
keluarga kami. Kita adalah keluargamu, Yunnie. Jadi jangan pernah merasa
kesepian lagi. Kami semua menyayangimu, beruang Jung.”
“BooJae…”lirih Yunho kemudian memeluk Jaejoong. Ia
menyembunyikan wajahnya di balik leher kekasihnya tersebut. Entah, ia tak tahu
harus berkata apa sekarang. Ia shock,
terharu, senang dan banyak perasaan saling bercampur memenuhi perasaan dan jiwa
Yunho sehingga membuat pria berwajah kecil ini jadi merasa ini seperti mimpi
yang indah.
Jika ini memang benar mimpi, Yunho tidak ingin
berahir sekarang. Terlalu indah dan tak pernah ia bayangkan.
Yunho juga tak pernah menyangka keluarga Jaejoong
menerimanya dengan seindah ini. Mengingat dirinya telah mengambil Jaejoong dari
mereka selama tiga belas tahun. Selama perjalanan dari Jepang ke Amerika,
perasaan Yunho tak pernah tenang sedetik pun – selalu panik. Ia takut ibu dan
adik Jaejoong akan membuat perasaanya menderita atau paling buruk akan
membunuhnya karena perbuatannya kepada Jaejoong. Tapi ternyata fakta lebih
indah dari pada sekedar asumsi. Malah ia mendapatkan sesuatu – keluarga (lagi)
yang ia ridukan selama ini, dan ragukan akan dapat merasakan hangatnya sebuah
keluarga seperti dulu.
Dan demi Tuhan, semua ini benar-benar indah.
******
Malam semakin larut, detak jarum jam telah
menunjukkan jam 12 malam. Namun tak lantas membuat ibu Jaejoong terlelap karena
dinginnya malam yang menusuk. Ia justru duduk sendiri di teras belakang rumah
yang di depannya ada taman kecil. Wanita setengah baya tersebut terus menatap
bintang-bintang di langit, sambil tanpa henti mengucapkan syukur kepada Tuhan.
Setelah banyak menderita dalam hidup, ahirnya kedua anaknya dapat menemukan
kebahagiaan mereka untuk selamanya.
Chu~
Ibu Jaejoong tersentak, seseorang mencium pipinya
dari samping secara mengejutkan.
“Aigoo… Jung Yunho!” kata ibu Jaejoong nyaris
berseru. Ia lalu memukul pelan bahu Yunho.
Yunho tertawa kecil. Ia lalu mengambil duduk di
sebelah calon mertuanya tersebut. Ia tanpa ragu dan canggung menyimpan
kepalanya di bahu wanita yang mulai ia cintai seperti ia mencintai almarhum ibu
dan ayahnya sendiri.
“Jangan pernah meninggalkan aku, Eomma. Aku tidak
mau kehilangan orangtua lagi.” Kata Yunho.
Ibu Jaejoong lalu merangkul bahu Yunho.
“Tentu saja tidak. Mana ada eomma yang tega
meninggalkan anak-anaknya, kecuali ada alasan yang masuk akal.”
“Eomma Kim, saranghae.” Kali ini Yunho agak berbisik
sekilas di telinga ibu Jaejoong. Ia lalu kembali bersandar pada bahu Nyonya
Kim.
“Nado saranghae, anakku, beruang Jung.” Ibu Jaejoong
menepuk-nenpuk pundak Yunho sebari meneteskan airmatanya.
Yunho lalu memeluk calon mertuanya tersebut dari
samping.
~THE END~
Sumpah…. Gue malu ma part ini, geje.. tapi tolog
yang g masuk akal anggap masuk aja… ini ff-ku, dinia-ku, dari imajinasiku… jadi
yang geje anggap g geje yah… aigo.. gue malu…
But, makasih ya udah baca FF ini dari awal sampai
ahir..
Sampai jumpa di FF ku selanjutnya..
Aku sudah mempersiapkannya n maybe seminggu lagi gue
post…
Thanks..
Jangan lupa maen blog ku ya cassie. blogspot. com
Endingnya.. Mlah sma umma Kim.. hehe
BalasHapusKirain bakal gmna gtu sma jaejong mumpung di Amrik..
Bagus kok gomawo ne..