Title : The Story
Author : Minhyan-ssi
Pairing : Yunjae
Legh : Oneshot
Ratting : NC-17
Genre : Drama - Fluff - Romance - NC – Yaoi - Angust
Cast :
- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc
>>>>>
“Jung Yunho – “
Bipp~
Sambungan telepon terputus tiba-tiba. Yunho yang baru saja
tiba di sebuah café untuk berkumpul dengan teman-temannya, kembali lagi
beranjak. Rasa cemas dan khawatir yang begitu besar menyeruak mendadak.
“Kau mau kemana, Hyung?” tanya Changmin – sahabatnya.
“Kim Jaejoong membutuhkanku sekarang,” jawab Yunho sebelum
benar-benar pergi lagi.
Changmin mengerutkan dahi. Ia meihat pada Yoochun dan Junsu –
sahabat Yunho juga yang juga berada di sana. Yoochun seperti tersenyum aneh.
“Aku tak menyangka akan sejauh ini. Kim Jaejoong luar biasa,
bisa membuat kacau seorang Jung Yunho,”komentar Yoochun seraya meminum segelas
bis di tangannya.
Junsu dan Changmin jadi tersenyum bersamaan. Mengerti betul
maksud Yoochun.
“Mari bersulang,” ajak Yoochun pada kedua temannya.
Changmin dan Junsu pun menyambut baik. Junsu menungkan bir
ke gelas Changmin dan gelasnya sendiri.
“Thanks, Hyung,” kata Changmin untuk Junsu. Ia mengambil
gelasnya dan bersiam untuk bersulang.
Junsu pun demikian.
“Mari bersulang,” ujar Junsu mengulang ajakan Yoochun.
“Cherss…”
Yoochun, Changmin dan Junsu saling memberturkan kecil gelas
mereka sambil tertawa-tawa. Yoochun meneguk bir-nya dengan tanpa sedetik pun
mengalihkan pandangannya dari kaca café yang transparan. Diluar sana Yunho
tampak berjalan panik menuju mobilnya.
*******
Tangan kanan Yunho tak pernah terlepas dari ponsel yang
menempel di telinganya dan tangan kirinya sibuk membuka pintu mobil. Ia sedang
mencoba terus menghubungi Jaejoong, namun hingga kesekian kali tak
dijawab-jawab juga. Ia merasa sangat khawatir, cemas, dan takut yang
teraduk-aduk menjadi satu.
Yunho, terkadang ia tak habis pikir dengan dirinya sendiri.
Bisa-bisanya ia sepeduli ini dengan seorang Kim Jaejoong. Padahal, siapa
Jaejoong dalam kehidupannya? Saudara, pacar bahkan teman pun… rasanya bukan. 4
bulan yang lalu secara tak sengaja saat mengunjungi club malam untuk overvasi
diam-diamnya ia bertemu dengan Jaejoong yang bekerja di club tersebut. Yunho
ingin membuat cerita dengan foto tentang kehidupan gigolo yang ‘menjajakan
diri’ untuk pria-pria gay. Secara singkat, Yunho mem-booking Jaejoong untuk
beberapa bulan.
Yang ia lakukan Ia sungguh tidak masuk akal menurut Yunho
sendiri. Ia sama sekali tak keberatan mengeluarkan banyak uang untuk hak
ekslusif sebuah foto. Ia tak hanya mengeluarkan berjuta-juta untuk bookingan, sewaktu-waktu
Jaejoong bisa saja meminta transferan uang (yang tentu tak sedikit namun entah
untuk apa). Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Ia akan meotret apapun yang
diinginkannya, tapi ketika keinginannya itu berbenturan dengan pemilik obyek
yang mengingkan dibayar tinggi atau ada syarat tertentu, Yunho pasti segera
melepaskan keinginan tersebut meski
dengan kekecewaan. Entahlah.
Lebih gila lagi, dengan tegas Yunho menyuruh Jaejoong
berhenti sementara dari pekerjaannya melayani pria-pria yang memerlukan
kehangatan dari ‘para pria yang menjajakan diri mereka’. Yunho merasa punya hak
penuh atas Jaejoong untuk beberapa waktu
kedepan.
“Shit,” umpat Yunho. Mendapati jalan menuju apartement Jaejoong macet karena di depan baru terjadi
kecelakaan. Ia segera memutar balik dan mencari alternatif jalan lain agar
secepatnya sampai di apartemen Jaejoong.
“Kim Jaejoong, sudah ku katakan berhenti memakai obat-obatan
setan itu.”
*******
Brak ~
Dengan agak kasar, Yunho membuka pintu apartement Jaejoong.
Ia lalu langsung bejalan menuju ke kamar Jaejoong. Beruntung, setelah beberapa
menit berputar-putar, Yunho ahirnya menemukan juga jalan kecil menuju apartemen
dimana ia berada sekarang.
“Jung Yunho,” Jaejoong seperti berbinar melihat kedatangan
Yunho. Ia lantas menghampiri pria tampan berwajah kecil tersebut.
Yunho tak seperti
Jaejoong. Air mukanya malah menampilkan kesedihan yang amat sangat.
Hatinya, seperti dicabik-cabik tanpa ampun. Sedih dan miris,
yang bersatu karena melihat keadaan namja cantik di depannya sekarang.
Wajah yang pusat pasi dan mata yang sayu membuat Jaejoong terlihat berantakan,
ditambah rambut lurusnya seperti bekas jambakan. Damn. Yunho benar-benar
mengutuk obat-obatan setan yang membuat Jaejoong jadi berubah seperti zombie.
“Jung Yunho, dimana mereka kau taruh?” Jaejoong sambil agak
menarik kerah kemeja Yunho dan dengan pupy eyesnya. Ia tahu begini akan membuat
Yunho jadi tidak tega lalu mengasihinya.
Yunho menghindari bertatapan muka dengan Jaejoong dengan
berpura-pura melihat ke arah lain. Sial, Jaejoong selalu bisa menangkap apa yang menjadi kelemahannya.
“Jung Yunho…” rengek Jaejoong.
“Aku sudah membuangnya,” Yunho melepas tangan Jaejoong dari
kerahnya agak kasar.
Jaejoong memudarkan senyum yang dari tadi mengembang di
bibir cherry-nya.
“KENAPA KAU MEMBUANGNYA!” teriak Jaejoong sambil mendorong
Yunho. Ia pun tak dapat lagi
mengendalikan emosi. Sejak menjadi pemakai narkoba, banyak yang berubah dari
Jaejoong. Salah satunya ia jadi gampang marah dan kesulitan mengontrol emosi
yang meledak-ledak tersebut.
“ITU OBAT SETAN! KAU BISA MATI KARENA BARANG TERKUTUK ITU!” Yunho berteriak pula. Bukan maksudnya
mengkasari Jaejoong, menghadapinya dengan halus malah percuma. Jaejoong tidak akan
menyerah sampai ia mendapatkannya.
Yunho memang sengaja menyembunyikan obat-obatan milik
Jaejoong tersebut, demi kebaikan Jaejoong sendiri. Berbulan-bulan dengan hampir
setiap saat bersama namja cantik itu, ia menjadi tahu dan seolah ikut
merasakan keras-gelapnya hidup Jaejoong.
Yunho merasa tidak rela saja Jaejoong
dihancurkan oleh barang terkutuk macam narkoba. Meski berat karena ia jadi
melihat Jaejoong yang lebih menderita karena ketergantungan.
“BERIKAN BARANGNYA… ! AKKHH….” Jerit Jaejoong. Rasa seperti
tertusuk-tusuk ribuan jarum menyerang kembali. Ia terduduk begitu saja seraya
menjambak rambutnya, masih mengerang kesakitan.
“Sakit Yunho…. SAKIT…!”
Demi Tuhan, Yunho ingin menangis tapi tidak mungkin. Ia
merasa pria pantang menangis apalagi didepan orang lain.
“Jung Yunho, ku mohon….!” Jaejoong merangkak sampai bersujud di kaki
Yunho. Sungguh, ia tak kuat lagi . Jaejoong butuh mereka untuk menenagkan rasa
sakit hebat yang sedang menyiksanya.
Shit. Tangan Yunho
yang berada dalam saku, nyaris mengeluarkan obat-obat Jaejoong, ia hampir ingin
memberikannya karena tidak tega lagi. Beruntung, Tuhan sangat baik dengan
langsung mengigatkan betapa mengerikannya jika obat terkutuk itu dikonsumsi
terus oleh Jaejoong.
Grep~
Yunho berlutut dan memeluk Jaejoong sangat erat. Ia tidak
tahu harus melakukan bagaimana, cara ini satu-satunya yang terpikir di benak
Yunho untuk Jaejoong. Entah ini membantu atau tidak.
“Sakit… berikan Yunho… berikan…,” lirih Jaejoong sambil
meronta – menahan sakit yang luar biasa.
Yunho tak menyahut dengan kata-kata namun sebuah ciuman yang
membuat Jaejoong tersentak sesaat.
“Akh,” rintih Jaejoong saat Yunho menggigit bibir – meminta
jalan memasukan lidahnya ke dalam sana. Tangan Jaejoong sibuk memukul-mukul
kecil bahu Yunho, ia merasa sulit bernafas karena perbuatan Yunho yang seperti
ini.
Yunho tak menggubris. Ia menarik Jaejoong berdiri lalu
menuntunnya ke kasur.
Bug~
Tubuh Jaejoong terbanting diatas kasur, dengan Yunho
menindihnya. Jaejoong masih berusaha melepaskan ciuman Yunho yang brutal. Ia
mendorong Yunho dan berusaha menjauhkan kepalanya.
“Setelah aku melayanimu, apa kau akan memberikan mereka
padaku,” tanya Jaejoong dengan nafas masih tak teratru, setelah berhasil
melepaskan bibirnya dari dalam bibir Yunho yang seolah sedang melahapnya.
Yunho hanya menyingerai lalu membuka celana Jaejoong. Tanpa
pemanasan apapun ia langsung memasukkan miliknya kedalam hole namja cantik di
bawahnya.
“AKHH…!” teriak Jaejoong, berkali-kali lipat lebih keras
dari sebelumnya. Ia merasa jiwanya sedikit lagi akan terlepas dari tubunya.
Sangat sakit, seperti luka menganga yang di taburi garam satu karung. Air mata
Jaejoong tak terbendung lagi. Ia terus berteriak sakit dalam tangisan saat
Yunho mulai bergerak menghujam raganya.
Yunho sebenarnya tidak tega dengan penderitaan Jaejoong
sekali. Ia kasar, ia keterlaluan. Menyakiti orang yang sudah kesakitan parah.
Ia tidak ada cara lain untuk membuat Jaejoong berhenti mengharapkan obat
terkutuk itu. Sampai matipun ia tak akan sudi memberikannya. No way.
********
Dua bulan kemudian….
“Yang ini cantik, biasa saja, biasa saja. Nah… yang ini
sangat sexy.”
Pletak~
“Auw. Junsu-ah, sakit,” Yoochun menyentuh kepalanya yang
baru mendapatkan jitakn dari Kim Junsu – kekasihnya.
“Aku lebih sexy dari Kim Jaejoong,”
“Kau sexy hanya bokongmu saja, duck butt,” Yoochun
menjulurkan lidahnya. Ia kembali melihat-lihat foto-foto Jaejoong yang masih
dalam kamera Yunho.
“Benar-benar sexy,” komentar Yoochun lagi ketika melihat
foto Jaejoong half naked dengan memakai handuk saja dan tersenyum.
Pletak~
“Aww.”
Yoochun mendapat jitakan sekali lagi dari Junsu. Tapi ia tak
menggubrisnya. Pria berkening lebar ini seperti lebih tertarik melihat
foto-foto koleksi Yunho tersebut.
Tuing~
Yoochun merasakan kepanya didorong dari samping.
“Aish, Jun – “ Yoochun hendak memprotes pada Junsu tapi
seketika jadi mengerungkannya karena ia melihat Yunho sudah berdiri di sebelah
Junsu yang cemberut. Ia tersenyum innocent. Sepertinya bukan Junsu tapi Yunho
yang mendorong kepalanya barusan.
“Tidak ada jatah malam ini untukmu, Park Yoochun.” Sebelum
pergi dengan kekesalannya, Junsu mengatakan tersebut dengan sangat tegas.
“Dan aku akan membunuhmu jika sekali lagi kau melihat
foto-foto pribadi Kim Jaejoong.”
Sret~
Yunho lalu mengambil kasar kameranya dari tangan Yoochun.
Yoochun menggaruk belakang kepalanya, ia merasa agak tidak enak dengan Yunho.
“Aku tahu kau menyukai Kim Jaejoong,” celetuk Yoochun. Ia
pernah jatuh cinta dan tentu sangat tahu gelagat orang yang jatuh cinta
bagaimana. Ia sering memergoki Yunho melamun sambil memegang atau melihat foto
Jaejoong, entah di kamera atau laptop.
Yunho juga sering memuji Jaejoong di depan dirinya, Junsu
dan Changmin. Saat meceritakan tentang Jaejoong, mata Yunho selalu
berbinar-binar. Dan barusan, Yunho terlihat jelas sangat protektif pada
Jaejoong.
Yunho hanya tersenyum saja. Ia lalu berjalan ke balkon
apartemennya. Dan mengambil beberapa foto pemandangan kota Seoul dari sana.
Yoochun mengikutinya dan berdiri di sebelahnya.
“Aku merasa Kim Jaejoong itu berbeda,” kata Yunho. Tanpa
melihat pada Yoochun. Ia menerawang sepanjang batas pandang kota Seoul.
“Menurutku Kim Jaejoong bukan gigolo. Dia seperti seseorang
yang terjebak dalam dunia hitam dan kau datang menyelamatkannya,” sahut
Yoochun.
“Kau pikir aku dan Jaejoong sedang bermain drama?” Yunho
ahirnya melihat pada Yoochun.
“Mungkin iya. Drama yang disutradarai oleh Tuhan.” Yoochun
menoleh pada Yunho, dan tersenyum.
******
Yunho tersenyum di depan sebuah gedung bertingkat yang luas
dengan terdapat papan bertuliskan ‘Kantor Rehabilitasi Narkoba Seoul’ di
depannya.
Setelah ia ‘memperkosa’ Jaejoong malam itu, pagi hari ia
bertengkar hebat dengan namja cantik itu. Yunho ingin Jaejoong masuk
rehabilitasi sementara Jaejoong bersikeras tidak mau. Setelah tanpa menyerah ia
menekan, Jaejoong pun menyerah dan menurut apa yang Yunho katakan. Ia tak
keberatan mengeluarkan banyak uang lagi untuk biaya rehabalitasi dan tentu
membeli – membebaskan Jaejoong dari bar
tempat namja cantik itu bekerja.
Yunho lalu berjalan ke dalam sana.
Di depan pintu ruang khusus untuk membesuk, Yunho
menghentikan langkahnya sejenak. Mengamati dengan serius orang-orang yang di
dalam sana.
Yunho melihat Jaejoong ada diantara orang-orang tersebut –
dua orang perempuan dan sepertinya sepasang suami istri paruh baya sedang
memeluk Jaejoong bersamaan. Nampak
suasana haru di sana. Entah, Yunho juga tak terlalu yakin.
*******
“Kau tadi baru bertemu siapa?” tanya Yunho. Yunho harus
menunggu cukup lama untuk dapat bertemu Jaejoong ( yang sedang ada tamu). Tapi
terbayar dengan izin dari pihak kantor rehab yang membolehkan dirinya mengejak
Jaejoong ke taman yang tepat di sebelah
kantor.
“Kau melihat kami? Kenapa kau tidak masuk saja. Padahal
ayahku, ibuku dan kedua kakakku sangat ingin bertemu denganmu.” Kata Jaejoong
melihat pada Yunho yang duduk di sebelahnya.
Yunho mengerutkan dahi. Ayah, ibu dan kakak? Bukankah
Jaejoong mengatakan padanya kalau ia sebatang kara. Eoh.
Jaejoong bisa membaca kebingungan di wajah Yunho. Namja
cantik itu meraih tangan Yunho, meremasnya lembut.
“Maksudmu mereka keluargamu?” tanya Yunho, balas melihat
pada Jaejoong.
“Sebenarnya aku diusir dari rumah oleh ayahku karena
melihatku berciuman dengan sahabatku yang seorang pria. Keluargaku akan malu
kalau orang-orang tahu anak lelaki satu-satunya keluarga Kim ini adalah gay.
Aku frustasi dan sampai ahirnya terjebak dalam lingkaran setan narkoba. Semakin
lama tabunganku habis untuk membeli obat-obatan itu, dan aku berpikir harus
bekerja untuk mendapatkan uang. Dan seorang teman menawari pekerjaan mudah tapi
uangnya banyak, dan aku tidak perlu repot menutup-nutupi kalau aku ini gay. Dua
hari tiga hari bekerja di bar itu, aku bertemu denganmu, sebagai tamu pertama
dan yang terahir.” Cerita Jaejoong panjang lebar.
Yang membuat Yunho
nyaris tak dapat berkata-kata lagi. Ia tak menyangka.
“Lalu?” tanya Yunho, ia merasa masih penasaran. Entah apa
itu yang membuatnya penasaran.
“Apanya?” Jaejoong mengerutkan dahi. “Ah, iya. Sekarang
keluargaku sudah berubah, mau menerimaku yang lebih tertarik pada pria dari
pada wanita. Saat aku bercerita aku sedang menyukai seseorang, mereka tidak
keberatan sama sekali. Bahkan mereka ingin sekali bertemu dengan dia.”
Shit. Yunho merasakan jantung berdebar meningkat dan mendadak gugup. Senang, penasaran juga. Dirinya
kah pria yang sedang Jaejoong sukai itu? Tadi Jaejoong mengatakan kalau
keluarga Kim ingin sekali bertemu dengannya.
Chu~
Jaejoong mencium bibirnya singkat dan tiba-tiba.
Demi Tuhan, jantung Yunho rasanya akan melompat keluar
sebentar lagi.
Sret~
Yunho menarik Jaejoong ke pangkuannya, lalu mencium bibir
Jaejoong cukup lama. Ia mengerti meski Jaejoong tak mengakannya secara
langsung. Ciuman ini sudah cukup mewakili semuanya.
Yeah. Sejujurnya Yunho pun merasakan yang sama dengan
Jaejoong. Namja cantik ini berhasil membuat dirinya selalu berdebar-berdebar
ketika bersama, sejak pertama kali mereka bertemu.
“Bagaimanana dengan proyekmu membuat cerita dengan foto? Apa
kau sudah menyelesikannya?”
“Belum,”
“Wae?Padahal ini sudah hampir 7 bulan.”
“Aku tidak akan menyelesaikannya. Aku tidak rela foto-fotoku
yang kudapat dengan susah payah dan pengorbanan, dimiliki juga orang lain. Kau
milikku dan apapun yang berhubungan denganmu, hanya aku yang berhak
memilikinya. ”
Yeah. Yunho yang ingin membuat sebuah cerita, tidak
menyadari dirinya sedang menjadi pelaku sebuah cerita. Cerita karangan dan
disutradarai langsung oleh Tuhan.
~THE END~