Title : Brother (Angel)
Author : Minhyan-ssi
Pairing : Yunjae
Legh : 1 of ?
Ratting : PG-17 for now
Genre : Drama – Angst – Yaoi – Mpreg – Family – NC (ditunggu saja)
Cast :
- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Kim Junsu
-Etc
FF terinspirasi dari film My sister keeper… mungkin
ada yang udah nonton?? But, tetep aku buat ala Yunjae
So, Happy reading all. . .
# # # #
P.O.V
Jaejoong
Kebanyakan orang terlahir karena keinginan dan cinta
diantara kedua orangtuanya. Orangtua mereka saling mencintai, kemudian
melakukan sesuatu yang sering disebut dangan sex. Sperma ayahnya akan dan
membuahi ke indung telur sang ibu. Lalu kan membentuk sebuah janin. Disaat yang
hampir sama, roh-roh sedang berkeliaran diangkasa sebari mencari tempat (tubuh)
utuk mereka menjalani hidup di dunia ini.
Saat usia mereka ke 9 bulan, mereka akan dikeluarkan
dari perut sang ibu. Saat itu orang-orang yang mengasihi dan mencintai ibu
tersebut akan bersorak – bergembira menyambut bayi itu.
Ah, beruntung sekali sekali bayi-bayi itu. Aku
benar-benar iri.
20 tahun yang lalu, kedua orangtuaku benar-benar
panik saat mendengar diaknosa dokter jika kakakku Kim Junsu menderita Leukimia.
Singkat cerita, mereka dan dokter seperti kehabisan akal untuk menyelamatkan
kakakku. Namun dokter itu memiliki satu cara, namun hal tersebut melanggar hak kemanusiaan.
Namun dengan alasan kedua orangtuaku tak ingin kehilangan Junsu, lantas mereka
memaksa dokter itu memberitahukan cara tersebut.
Singkatnya lagi, kedua orangtuaku melakukan program
bayi tabung untuk menyelamatkan Junsu. Karena bayi tabung dapat direkayasa
sedemikian rupa sehingga pada nantinya ginjal bayi tabung dan beberapa organ
lain tersebut akan cocok untuk di donorkan pada kakakku Junsu.
Dan bayi tabung itu adalah aku Kim Jaejoong.
Dan bisa dibilang Kim Jaejoong adalah milik Kim
Junsu. Karena aku dibuat untuk menyelamatkan Junsu. Tubuhku ini akan menjadi
milik Kim Junsu. Aku bahkan tidak memiliki kuasa terhadap tubuhku sendiri.
Salahku juga, kenapa aku memilih tubuh ini untuk menjalani hidup di dunia
ini??? Seharusnya aku tetap beterbangan saja di luar angkasa sana, tanpa harus
menjalani hidup yang kejam yang bahkan tak kumengerti artinya.
“Akh!” rintihku. Tidak hanya Junsu saja, akupun juga
merasakan sakit saat jarum besar dokter menusuk tubuhku untuk diambil beberapa
bagian dari tubuhku untuk diberikan pada Junsu.
“Akhhh….” Rintihku kembali. Aku tak tahan lagi
dengan rasa sakit ini.
Dengan masih melihat ke ranjang Junsu yang
disebelahku, dan di kerumuni ayah, ibu, kerabat dan dokter. Tubuhku kembali
harus terkulai di atas ranjang. Aku menangis sedikit tertahan. Percuma juga aku
mengeraskan suara tagisanku, tak ada yang peduli. Rasa sakit Junsu lebih membuat khawatir
keluargaku. Aku mengeluh, merintis dan menangis, hanya diriku sendiri yang mendengarnya.
P.O.V Author
“Yak!” seru Jung Yunho, dokter muda yang baru dua
bulan resmi bekerja dan merupakan anak dari dokter yang menangani Junsu dan
yang menyarankan cara bayi tabung pada kedua orangtua Junsu dan Jaejoong, untuk
menyelamatkan Junsu.
Sejenak Yunho melihat pada Junsu yang dikerumuni
keluarganya. Diam-diam ia mengepal geram.Bagaimana mungkin mereka dapat setega
itu pada Jaejoong yang juga merintih kesakitan disebelah mereka. Dan tanpa
banyak bicara Yunho segera menangani Jaejoong yang nyaris kehilangan kesadaran
karena kesakitan.
# # # # # #
“Joongie, makanlah ini.” Junsu dengan ceria
mengambil dan menaruh ayam goreng di piring Jaejoong.
Jaejoong tersenyum pada Junsu. Ia tahu Junsu begitu
menyayanginya dan ia pun menyayangi Junsu sebagai kakaknya, meski kenyataannya
ia menderita selama ini karena Junsu.
“Kau harus banyak makan makanan yang bergizi dan kau
harus menjaga kesehatanmu, Arasso?”
“Aku tahu itu, Eomma.” Jaejoong menjawab singkat. Di
dalam, yang sebenarnya hati Jaejoong hancur. Untuk siapa perhatian ibunya
barusan? Bukan untuk dirinya,namun Junsu. Ia tidak boleh sakit karena akan
merugikan Junsu. Ia jadi tak dapat mendonorkan bagian tubuhnya kepada Junsu (saat
Junsu membutuhkannya) jika ia sakit.
Disini ia juga manusia, ia juga anak Tuan dan Nyonya
Kim, sama seperti Junsu. Jaejoong juga
ingin merasakan cinta yang sebenarnya. Diperlakukan layaknya manusia, bukan obat
hidup.
“Joongie, maukah nanti sore kau menemaniku chek-up?” Junsu menawarkan. Justru
selama ini Junsulah yang menganggapnya layaknya manusia yang butuh cinta.
“Joongie masih 18 tahun, tidak bisa menjagamu kalau
kalian hanya pergi berdua,” sahut Nyonya Kim.
“Tapi Junsu ingin pergi dengan Joongie. Dan satu
lagi, Jaejoong sudah 17 tahun ke atas, dia sudah dewasa.” Junsu tetap dengan pendapatnya.
“Kau akan pergi dengan Eomma,” nyonya Kim juga tidak
mau mengalah.
Sret~
Jaejoong mengiterupsi. Ia menggeser kursinya dan
lantas berdiri.
“Aku berangkat sekarang. Aku ada kegiatan sekolah
sampai malam. Mianhae aku tak bisa
menemanimu, hyung.” Jaejoong dengan wajah dingin dan datar membungkuk pada
Junsu.
“Joongie-ah, tidak bisakah kau bolos acara sekolahmu
itu?” tanya Junsu pada Jaejoong. Ia benar-benar ingin pergi berdua saja dengan
Jaejoong. Ia bosan juga kemana-kemana hanya bersama para orang dewasa. Sesekali
ia juga ingin pergi dengan sebayanya – bercerita banyak tentang masa muda
mereka.
“Aku minta maaf, Hyung.” Jaejoong menyambar begitu
saja tas sekolahnya, dan lalu beranjak pergi dari rumah tersebut.
# # # # # # #
P.O.V Jaejoong
“Kim jaejoong….”
“Jaejoong oppa….”
“Oppa….”
Begitu banyak orang-orang yang meneriakkan namaku
disini. Mereka mengagumiku, tapi ibu selalu melarangku untuk membalas kekaguman
mereka. Orangtuaku, hanya ingin aku fokus menjaga tubuhku.
Dulu, untuk dapat bersekolah aku harus merengek dan
sengaja membandel agar mereka menurutiku untuk hal ini. Hukuman tidur di gudang
selama seminggu, aku bersedia menjalaninya hanya demi dapat bersekolah. Karena
hanya di sekolah, aku merasa sebagai manusia yang sebenarnya.
“Yak! ketua kelas! Kenapa baru datang jam segini?
Apa kau lupa kau harus mengumpulkan PR kami pada Guru Kang sebelum monster itu
datang? Huh?!” Minho mengeluh padaku. Tapi aku senang, karena di sekolah ada
yang menunggu kedatanganku.
Aku melepaskan headset-ku yang kupakai sejak menaiki
bus tadi.
“Akan ku kumpulkan sekarang.” Jawabku lalu berlalu
dari hadapan Minho untuk melakukan tugasku.
# # # # #
P.O.V Author
Yunho mengeluh dalam hati. Ia seolah lelah dan habis
kesabaran berhadapan dengan adik perempuannya yang menurutnya hyper-aktif . Bagaimana tidak, saat ini
dirinya benar-benar sangat malu karena adiknya itu menarik-nariknya di tengah
sekolah begini untuk bertemu seseorang yang adiknya sukai. Dalam benak Jung
Jihye – adik Yunho tersebut, SMA ini adalah milik kakeknya, jadi tidak masalah
jika Yunho juga ‘berkeliaran’ di sekolahnya ini.
“Ommo….”
Seru beberapa siswi yang melihat kagum pada Yunho. Siapa wanita atau bahkan
pria yang tidak akanterperangah pada sosok tampan, gagah terlebih berpakaian
dokter seperti Jung Yunho.
“Aish, kau benar-banar membuat oppa malu,” keluh
Yunho pada Jihye.
“Biarkan saja. Yang penting oppa harus bertemu
pangeranku secepatnya dan oppa merestui kami berpacaran.” Jinhye menjawab
dengan seenaknya.
“Aish.” Demi Tuhan, jika Jihye bukan adiknya, saat
ini ia akan melempar jauh gadis remaja yang satu ini.
Buk~
“Awww,” seru Yunho, karena tiba-tiba seseorang menabrak
tubuhnya. Dan beberapa buku yang dibawa orang tersebut pun berserakan.
“Jaejoong oppa…!” teriak Jihye girang. Ia tanpa
banyak bicara langsung saja memeluk lengan Jaejoong yang tak berkata apapun.
“Oppa, kau tahu dimana Changmin berada sekarang?”
tanya Jihye. Yeah, adik perempuan Yunho ini memang berwatak ceria. Ia hampir
tak pernah canggung pada siapapun, bahkan orang yang baru dikenalnya, juga
namja yang dingin seperti Kim Jaejoong. Ia tak pernah peduli Jaejoong
mengacuhkanya, ia hanya sedang menjadi dirinya sendiri. Dan itu lebih
menyenangkan.
Jaejoong masih tak menjawab. Ia hanya menolehkan
kepalanya ke belakang. Disana, Changmin nampak kesulitan membawa setumpuk buku. Changmin adalah sahabat
sekaligus wakil ketua kelas. Tidak salah jika Changmin membantu tugas Jaejoong
membawa PR teman-teman sekelasnya ke kantor guru, dan sangat tepat jika
bertanya tentang Changmin kepada Jaejoong.
“Jaejoong Oppa, kau yang terbaik” Jinhye memelankan
suara – nyaris berbisik pada Jaejoong. Ia lalu bangkit dan menuju pada Changmin.
“Yaaak…!” protes Yunho merasa dicampakan begitu saja
oleh adiknya. Bukankah Jihye yang bersikeras membawanya bertemu namja idolanya.
Namun kenapa malah ia ditinggalkan begitu saja, sementara Jihye disana sangat
aktif menganggu Changmin.
Buk~
Jaejoong menjatuhkan lagi buku-buku yang baru dikumpulkannya, membuat Yunho langsung
tersadar dengan posisinya.
“Ommo… mianhae,
Kim Jaejoong. Aku akan membantumu mengantarkan buku-buku ini.” Cetus Yunho. Dan
membuat Jaejoong langsung berhenti memunguti buku-buku tadi. Ia jadi melihat
pada Yunho serius.
“Kau tahu aku?” tanya Jaejoong.
Yunho pun lantas menghentikan juga aktifitasnya –
memunguti buku tadi. Ia balas melihat pada Jaejoong.
“Kau tak ingat padaku?” Yunho malah balik bertanya.
Jaejoong agak menyeritkan dahi.
“Sepertinya benar, kau tak ingat padaku.” Yunho
berkata yang masih membuat Jaejoong bertanya-tanya.
Jaejoong kemudian tak menanggapi Yunho lagi. Ia tidak
peduli, ia sangat malas menanggapi hal yang betele-tele seperti ini. Jaejoong
semakin bergegas mengumpulkan buku-buku yang berserakan. Sebelum berdiri, ia
mengambil begitu saja beberapa buku yang di tangan Yunho. Tentu saja membuat
Yunho terhenyak, meski sesaat saja.
“Aku permisi,” Jaejoong membungkukkan badan pada
Yunho.
“Apa punggungmu sudah tak sakit lagi?” tanya Yunho
seraya berdiri. Yang membuat langkah Jaejoong terhenti. Ia kembali berbalik
melihat pada Yunho.
Demi Tuhan, tidak seorang pun kecuali keluarga
Jaejoong yang mengetahui permasalahan dalam keluarga Kim. Termasuk Jaejoong
yang kemarin baru mendonorkan bagian dari tubuhnya untuk Junsu.
“Aku Jung Yunho, ayahku adalah dokter Jung –
dokternya Junsu. Aku yang menanganimu saat kau kesakitan kemarin.” Yunho pada
ahirnya menjelaskan.
# # # # #
Seoul,
8 tahun yang lalu
“Tidak!
Aku tidak mau. Jaejoong itu adikku!” teriak Junsu pada kedua orangtuanya.
“Itu
benar. Tapi dia dilahirkan untuk menyembuhkanmu,” Nyonya Kim menjelaskan pada
Junsu dengan pelan-pelan. Ia tak mau menanggapi Junsu yang emosi dengan emosi
juga. Yang malah akan membuat suasana bertambah rumit.
“Jaejoong
dilahirkan juga untuk kalian bunuh!” Junsu berkata lagi, kali ini dengan
meneteskan airmatanya.
“Kamu
salah, Suie. Mendonorkan satu ginjalnya, tidak akan membuat Jaejoong mati.”
“Tapi
bagaimana jika bukan hanya satu ginjalku
yang rusak? Tapi keduanya? Jaejoong akan mati! Aku sudah ikhlas kalau harus
mati muda karena penyakit ini. Aku sudah rela, Eomma… Appa…. Jadi tolong,
berhentilah untuk mengorbankan Jaejoong demi aku. Biarkan aku pergi…” Junsu
bersujud memohon.
“Tidak!
Kami tidak rela kau mati, Junsu! Kami menyayangimu….”
“Lantas
bagaimana jika Jaejoong yang mati. Apa
kalian merelakannya?” Junsu bertanya kembali, masih dengan airmata yang
mengalir deras.
Tuan
dan Nyonya Kim terdiam dengan pertnyaan
Junsu kali ini. Entah kenapa.
Seoul, back to 2013
Suara dentuman keras lagu Rising Sun milik TVXQ
menggema, mengiringi dance enerjik seorang namja cantik dan teman-temannya.
Tepuk tangan serta teriakan riuh mendukung kelompok dancer yang sedang battle
dengan kelompok dancer lain.
“Kim Jaejoong!”
“Kim Jaejoong!”
Teriak para penonton.
Yeah, Jaejoong adalah dancer namja yang berwajah
cantik tadi. Meski namanya diteriakkan banyak orang disini, tak sedikitpun
membuat raut wajah Jaejoong berubah senang, bangga atau ekspresi kegembiraan
lainnya. Junstru ia nampak sangat marah.
Pembicaraan antara Junsu dan kedua orangtuanya 8
tahun yang lalu, ia mendengar semua. Saat itu Jaejoong diam-diam menguping dari
balik pintu. Dan peristiwa tersebut hampir setiap saat menganggu di benak namja
cantik tersebut.
Jaejoong marah setiap kali mengingat hal itu. Namun
ia tak pernah mendapat kesempatan untuk melampiaskannya. Dan menari
seperti inilah yang dapat membantunya mereduksi ketegangan emosinya.
Waiting
for Rising Sun…..
Dan gerakan dance Jaejoong semakin menggila…
Namun Jaejoong tak menyadari jika seseorang diantara
para penonton sedang memperhatikannya dengan serius dan agak terkejut.
~TBC~
Ottoke?? Sukakah dengan FF yang ini??
Part 1 ini memang belum nampak konflik-konfliknya,
anggap saja hanya perkenalan