Title : Missing Love
Author : Minhyan-ssi
Pairing : Yunjae
Legh : 2 of ?
Ratting : NC-17
Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC
Cast :
- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc
FF ini
terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga
deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek
dari drama I Miss You yang nguras emosi…
Ok, Happy reading all. . .
>>>
Tuk~
Tuk~
Jaejoong memotong bawang merah dengan pandangan yang
kosong. Di telinganya masih terngiang oleh ‘saranghae’ yang terlontar dari
bibir Yunho – orang yang ingin ia benci namun entah kenapa sangat sulit untuk
membencinya.
Terkadang Yunho memang memperlakukannya dengan kasar
dan dingin, namun ketika Jaejoong melihat dalam mata musang pria tampan itu,
rasa benci itu berubah seratus delapan puluh derajat. Rasa kasihan dan ingin
melindungi yang malah menyeruak bertempur dengan fakta yang terjadi. Mata
musang itu seperti selalu dipenuh kesedihan dan kesengsaraan.
Yunho
memiliki segalanya, tapi selama 13 tahun bersama Yunho, tak pernah sakali saja
Jaejoong melihat Yunho tersenyum. Ia tak pernah melihat Yunho berlibur
atau bersenang-senang dengan hasil kerja
kerasnya. Waktu luang yang Yunho dapat, selalu dihabiskan untuk bersama
Jaejoong. Jaejoong tidak tahu dengan pasti, namun menurut Bibi Kim – kepala
pelayan di rumah keluar Jung, sikap Yunho berubah menjadi pendiam dan kasar
setelah kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan saat Yunho baru berulang tahun
yang ke-6.
Apakah selama ini sebenarnya Yunho tak bermaksud
mengkasari dirinya? Dia hanya sulit merefleksikan akfitas mental dan perasaan
kedalam sikap dan perbuatannya dengan benar? Dan perasaan yang Yunho katakan
itu tulus? Oh, God.
“Jaejoong-ah,”
Pikiran pajang Jaejoong membuyar, setelah seseorang
menepuk pundak dan memanggilnya pelan. Jaejoong lalu berbalik melihat pada
orang tersebut.
“Yoochunnie, apa yang kau lakukan disini?” tanya
Jaejoong.
Yeah, selama 13 tahun Park Yoochun tak pernah
tinggal diam atas yang terjadi pada kekasihnya. Ia terus berusaha mencari cara
untuk mengeluarkan Jaejoong dari kungkungan Yunho. Setelah selesai dengan masa
SMA-nya, Yoochun mengambil beasiswa kuliah di Amerika. Ia lalu mengubah
identitasnya menjadi Micky Park dan melamar menjadi asisten sekertaris Jung
Yunho. Agar dapat melindungi Jaejoong dan mencari jalan keluar untuk kekasih
cantiknya tersebut secara diam-diam.
Meskipun Yoochun terkadang merasa dadanya sesak dan
hampir membunuhnya, jika ia mengingat yang telah Yunho lakukan pada Jaejoong. Yoochun
selalu berusaha membuang jauh-jauh hal itu dan mencoba menerima Jaejoong apa
adanya.
“A-aku sedang membuatkan sarapan untuk Yunho.” Kata
Jaejoong menjawab pertanyaan Yoochun sebelumnya.
Satu tangan Yoochun terulur menyentuh pipi kanan
Jaejoong. Cairan bening mulai mulai mengumpul di sudut mata Yoochun. Raut
wajahnya pun kini berubah sendu.
“Ini salahku, Jae. Seharusnya aku lebih kuat waktu
itu. Kau… mungkin tidak akan seperti ini.” Yoochun pun melepaskan tangisannya,
membiarkan cairan bening itu membasahi pipinya.
Jaejoong menyentuh tangan Yoochun yang memegang
pipinya, ia sedikit menggerakkan kepala disana.
“Aku tidak apa-apa Yoochun-ah. Sungguh.”
Tes~
Pada ahirnya, Jaejoong pun menitikan air mata juga.
Beberapa menit keduamya pun tenggelam dalam keharuan bersama.
Tuk~
Tuk~
Derap langkah laki terdengar dan semakin lama
semakin terdengar jelas di telingan Yoochun dan Jaejoong. Yoochun segera
menarik tangannya. Ia dan Jaejoong lalu cepat-cepat mengusap air mata yang
mengalir di pipi mereka.
“Aku menyuruhmu untuk langsung ke ruang kerjaku,
Micky.” Yunho yang baru datang, melihat tajam pada Yoochun.
“Mi-mianhae, Presdir.” Yoochun membungkukkan badan berkali-kali.
Walau ia benci sekali melakukan ini.
“Yunho-ah, tadi Micky ingin meminta air putih saja.
Dia tidak tahu dimana air putihnya disimpan jadi dia langsung kesini,” Jaejoong
menyela meski agak takut-takut dan gugup. Ia hanya tidak mau Yoochun terkena
masalah.
Yunho tertawa meremehkan.
“Sa-saya akan ke ruang kerja anda sekarang,
Presdir.” Yoochun membungkukkan badan (lagi) sebelum kemudian mulai berjalan
meninggalkan YunJae.
“Buatkan aku kopi dan antar ke meja kerjaku.”
Perintah Yunho pada Jaejoong.
“Tapi kau belum sarapan, Yun. Perutmu bisa sakit.”
Yunho hanya terkekeh sambil melihat pada Jaejoong.
Sekilas, Yoochun masih dapat mendengar percakapan
diantara Jaejoong dan Yunho. Ia mengepalkan tangannya erat. Cemburu. Yeah,
Yoochun akui ia iri dengan Yunho. Yunho mendapatkan semua yang seharusnya
menjadi miliknya dari Jaejoong. Diri Jaejoong, kebersamaan dan perhatian dari
namja cantik itu.
# # # # #
“Hari ini aku sedang tidak ingin ke kantor. Kerjakan
semua ini,”
Buk~
Yunho sedikit melemparkan setumpuk berkas tepat di
hadapan Yoochun. Sambil menyimpan rasa marahnya, Yoochun mengambil setumpuk
berkas tersebut.
Ceklek~
Jaejoong membuka pintu ruangan Yunho, ia berjalan
menghampiri Yunho dengan secangkir kopi di tangannya. Yoochun mengepalkan tangannya,
ia semakin keras menahan diri utuk tidak terprovokasi. Melihat Jaejoong begini,
semakin memupuk kesedihan yang Yoochun rasakan.
Jaejoong meletakkan kopinya di depan Yunho dan lalu
beranjak untuk pergi, namun baru satu langkah berjalan, Yunho menarik lengan
Jaejoong hingga namja cantik itu terduduk di pangkuan Yunho. Yoochun agak
tersentak dan hampir tak dapat mengendalikan diri.
Deg~
Deg~
Jantung Jaejoong berdebar ketakutan. Ia tidak dapat
menebak isi pikiran Yunho – apa yang hendak Yunho lakukan padanya. Ia hanya
menerawang ke dalam mata musang itu.
“Tuangkan kopinya untukku,” perintah Yunho.
Jaejoong menurut, dengan agak gemetar ia menuangkan
kopi dari cangkirnya ke alas cangkir dan meniupkannya.Ia kemudian
menyodorkannya pada Yunho. Yunho menyeruputnya pelan-pelan. Mata musang melirik
pada Yoochun dan bibir tebalnya menyingerai sedikit.
Yunho bukan orang bodoh. Menerima orang-orang yang
bekerja padanya dengan begitu mudah dan tanpa pertimbangan? Yang pertama adalah
ia akan mencari tahu latar belakang orang yang ingin bekerja padanya tersebut.
Tak terkecuali Park Yoochun, pria berkening lebar itu pun tak luput dari
penyelidikan.
Yunho sengaja membiarkan Yoochun, ia ingin tahu
sejauh mana kekasih Jaejoong itu dapat bergerak melawan dirinya.
“Micky,”
“Ne, Presdir,” Yoochun melihat pada Yunho.
Yunho tersenyum lebar, tangan kirinya perlahan ia
lingkarkan ke pinggang Jaejoong.
“Aku benar-benar senang memiliki Jaejoong.
Masakannya sangat enak, bahkan sampai membuatku tidak bisa beralih ke masakan
orang lain. Dia juga sangat perhatian,” ucap Yunho, semakin menyingerai ketika
tatapan Yoochun padanya dan Jaejoong semakin tajam.
“Lihatlah Micky, mata Jaejoong sangat indah,” Yunho
membelai pada mata Jaejoong.
“Kulitnya putih mulus dan harum,” kali ini Yunho
menggerakkan kepalanya – mengendus wajah kemudian leher Jaejoong.
Demi Tuhan, Yoochun ingin menghajar Yunho sekarang juga. Diam-diam ia
manarik nafas beratnya yang panjang. Jangan sampai ia lepas kendali dan membuat
sia-sia semuanya.
“Micky,”
“Ah, ne, Presdir,” Yoochun sebisa mungkin
menunjukkan sikap yang biasa saja.
“Kenapa kau diam saja. Berikan pendapatmu tentang
Jaejoong.” Yunho semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Jaejoong.
Yoochun melihat pada Jaejoong.
“Tuan Jaejoong sangat sempurna, dan sangat
serasi bersanding dengan, Presdir.” Ucap
Yoochun.
Mata Jaejoong terasa menghangat, cairan bening mulai
mengumpul di sudutnya. Sesungguhnya ia ingin menangis sekarang. Ia dapat
mengerti perasaan Yoochun sekarang ini. Kekasihnya itu tidak baik-baik saja,
meskipun ia tak bersikap berlebihan. Biasa saja dan nampak tak terpengaruh
apapun. Yoochun saat ini pasti tertekan karena Yunho yang seperti ini.
“Hahaha…” Yunho tertawa terbahak-bahak. Membuat
Yoochun semakin terdorong untuk menghabisi atasannya itu detik ini juga. Ia
tidak tahan lagi.
“Kau benar sekali, Micky. Jaejoong memang sangat
sempurna.” Yunho agak mendekatkan kepalanya pada Yoochun. “Aku beritahu satu
hal, Jaejoong juga sangat hebat di ranjang. Dia benar-benar memuaskan,” lanjut
Yunho, kemudian ia tertawa kembali.
“Bibirmu selalu manis dan menggoda, Kim Jaejoong.”
Kali ini Yunho melihat pada Jaejoong. Jari lentiknya terus mengusap bibir yang
sudah seperti candu untuknya.
Chu~
Yunho melahap bibir Jejoong secara mendadak dan
mengejutkan. Jaejoong terkesiap, namun kepalanya dengan cepat ditahan Yunho
dengan tangan kekarnya. Jaejoong jadi tak dapat mengelak ataupun melepaskan
diri adari ciuman ini.
Yunho mulai melumati bibir Jaejoong dengan penuh
nafsu.
Yoochun memejamkan mata dan langsung mengalihkan
pandangannya ke arah yang lain. Ia… ia tak tahan lagi. Sebelum beranjak, ia
membungkukkan badan sebentar untuk berpamitan pada Yunho. Ia lebih baik pergi
saja sebelum pertahanannya runtuh karena tak sanggup melihat Jaejoong yang
semakin melukai perasannya.
Yunho menyingerai setelah kepergian Yoochun. Ia
melepaskan ciumannya.
“Yun…” lirih Jaejoong. Kali ini ia tak
menutup-nutupi lagi air mata yang ingin menyeruak dari tadi.
“Bukankah seperti ini sangat menyenangkan, Jae?” Yunho
tersenyum pada Jaejoong. Ia yang menang kali ini.
# # # # #
Buk~
“Ah,” pekik Jaejoong, setelah dari belakang Yunho
mendorongnya ke tembok dan mengunci dirinya disana.
“Aku akan langsung saja,” ucap Yunho seraya melucuti
pakaian yang menutupi tubuhh bawah Jaejoong. Dan air mata, semakin deras saja menuruni pipi mulus
Jaejoong.
“AAKH!” pekik Jaejoong cukup keras. Mata besarnya
melebar dan otot-otot dalam tubuhnya seperti menegang mendadak, ketika Yunho
memasukkan ‘miliknya’ ke dalam hole Jaejoong. Yang tanpa pemanasan dan
persiapan.
Jaejoong mencengkram erat lengan Yunho yang
memeluknya dari belakang.
“UKH!” pekik
Jaejoong kembali. Yunho menggerakkan tubuhnya langsung tanpa memberi kesempatan
Jaejoong beradaptasi dengan sesuatu yang baru memasuki dalam tubunya.
Yunho bergerak semakin lama semakin cepat. Ia
memejamkan mata seiring kenikmatan yang didapatnya terus bertambah.
“Kau benar-benar nikmat, Jae. Uhh! Aku tidak akan
pernah melepaskan kenikmatan ini kepada siapapun. Uuh…” celetuk Yunho, yang
sedang dipenuhi dengan kenikmatan hole Jaejoong yang terus menerus mencengkram
erat ‘miliknya’.
“Yuhh.. hhoo.. sakit…” rintih Jaejoong yang justru
sangat kesakitan. Bahkan ia samapi merasa tubuhnya tengah terbelah menjadi dua.
“Ohh… akan kubunuh sipapun yang mencoba merebut
milikku. Uhh… nikh… mathh… sekali Jae…”
“Hentikanhh… sakitth.. Yunhh…” Jaejoong terus
meminta. Dalam tangisannya, Jaejoong menyadari Yunho sedang menyembunyikan
sesuatu dan itu membuatnya marah.
Yunho memang kasar, namun ia tak pernah egois dalam
bercinta. Yunho selalu memberi kesempatan Jaejoong untuk merasakan kenikmatan
seperti yang didapatkannya dalam hubungan seks mereka.
Yunho hanya akan
seperti ini – memperkosa Jaejoong ketika emosi sedang mendominasi di perasaannya.
“Uhh… uhh… “ desah Yunho semakin kenikmatan. Ia jadi
tak memperdulikan Jaejoong yang terus merintih kesakitan – minta berhenti.
Yunho malah semakin bersemangat mengoyak hole Jaejoong selama beberapa waktu.
Sret~
“Akh!” Jaejoong memekik (lagi). Tiba-tiba Yunho
mengeluarkan ‘miliknya’ dengan kasar, lalu membalik tubuh Jaejoong jadi
menghadap dirinya.
“Ukh!” untuk kesekian kali, Jaejoong memekik. Yunho
mendorong Jaejoong hingga punggung pria cantik ini berbebturan denga tembok.
Dan tanpa banyak bicara, Yunho kembali memasukkan miliknya ke dalam hole
Jaejoong.
“Hahhh…” desah Yunho panjang. Ia memejamkan mata –
menikmati mecapai ketinggian yang dicapainya.
-------
Mata Jaejoong dan Yunho masih saling beradu tajam.
Tes~
Jaejoong agak tersentak. Mata musang Yunho tiba-tiba
menjatuhkan airmatanya. Ini pertama kali Jaejoong melihat Yunho menangis. Oh,
ada dengan Yunho?
“Appa dan Eomma bilang akan selalu menemaniku. Tapi
mereka malah meninggalkanku bahkan saat aku belum mengerti tentang kerasnya kehidupan di dunia ini. Aku membenci mereka.
Mereka pembohong!” tutur Yunho dengan penuh emosi. Yang terpancar cukup jelas
dari mata musangnya yang kini sangat basah karena airmata yang mengalir semakin
deras.
Entah kenapa, melihat airmata Yunho yang turun,
membuat Jaejoong merasa seperti ribuan paku menusuk hatinya secara bersamaan.
Sakit sekali. Dan ia tidak tega melihat Yunho
seperti ini.
Satu tangannya terulur untuk memeluk Yunho. Yunho
membenamkan kepalanya di salah satu pundak Jaejoong, dan menagis disana.
“Aku takut, Jae. Aku takut sendirian lagi…” Yunho membalaskan pelukan
Jaejoong, dengan sangat erat.
# # # # # #
‘Jung Yunho akan ada meeting dengan rekan bisnis dari jepang sampai jam 11 malam. Rumah
akan sepi karena sebagian besar penjaga ikut dengan Yunho meeting di pulau Jeju. Aku akan menjemputmu malam ini. Lalu kita
akan pergi ke Amerika menyusul Junsu dan ibumu, aku sudah mengurus semuanya’
Ucapan Yoochun secara diam-diam tadi pagi terus
terngiang di telinga dan benak Jaejoong. Ia, tentu saja senang sekali setelah
menunggu selama 13 tahun, ahirnya kesempatan itu datang juga. Tapi entah kenapa
malaikat di sebelahnya berbisik agar ia tetap tinggal. Yunho membutuhkan
dirinya.
Tuhan, help me.
~TBC~
Maappp… NC-nya geje, udah sangat lama g bikin. N g
di edit, soalnya lagi puasa… kekekek
Kritik sarannya ditunggu…