Title : Missing Love
Author : Minhyan-ssi
Pairing : Yunjae
Legh : 3 of ?
Ratting : PG-17
Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC
Cast :
- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc
FF ini
terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga
deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek
dari drama I Miss You yang nguras emosi…
Ok, Happy reading all. . .
> > >
Yoochun berjalan pelan dan biasa saja. Ia tak mau
menimbulkan kecurigaan diantara para penjaga rumah Yunho yang tersisa. Ia
beralasan Yunho menyuruhnya mengambil beberapa berkas yang ketinggalan, agar ia
dapat masuk – menjemput Jaejoong.
Ceklek~
Jaejoong menolehkan kepalanya. Ia melihat Yoochun
memasuki kamarnya dengan mengendap-endap.
“Yoochun-ah,” Jaejoong lantas berdiri menghampiri
Yoochun. Dan memeluknya sebentar.
“Kau belum siap-siap, Jae?” tanya Yoochun. Mengamati
Jaejoong dari ujung kaki sampai kepala. Jaejoong masih juga menggunakan pakaian
santainya.
Jaejoong tak langsung menjawab. Ia malah menundukkan
kepalanya. Jujur saja ia masih bimbang. Jaejoong memang bergembira sekali bisa
bersama keluarganya kembali dan menjalani kehidupan yang normal, namun sisi hatinya
yang lain merasa tidak ingin pergi. Ia tidak tega meninggalkan Yunho yang
psikologis-nya sangat kacau. Terlebih tentang pernyataan cinta Yunho (meski
tidak langsung), juga seperti ikut menahannya untuk pergi. Ottoke?
“Jaejoong-ah…” panggil Yoochun, mengguncang bahu
Jaejoong.
Pikiran panjang Jaejoong pun membuyar.
“Apakah harus sekarang, Yoochun-ah?” tanya Jaejoong
lirih.
“Tentu saja, Jae. Kesempatan seperti ini belum tentu
datang dua kali.” Yoochun berkata dengan penuh semangat.
Jaejoong tersenyum tipis. Apakah ia harus
meninggalkan Yunho sekarang?
“Yoochun-ah, se-sebenarnya hari ini Yunho sedang
sakit. Apa tidak bisa kepergian ini ditunda sampai Yunho sembuh? Mulai bulan
depan Yunho akan sangat sibuk ke luar
negeri, aku yakin kita akan sangat mudah memperoleh kesempatan seperti ini
lagi.”
Yoochun melepaskan tangannya dari pundak Jaejoong.
Ia terkekeh. Perkataan Jaejoong barusan, seperti pedang yang mencincang perasaan
Yoochun tanpa ampun. Sakit sekali dengan kenyataan bahwa Jaejoong malah peduli
pada orang yang seharusnya dibenci.
“Ah, apakah persaanmu sekarang sudah beralih pada
bajingan itu, Kim Jaejoong?” tanya Yoochun sinis. Wajahnya memerah – marah.
Jaejoong dapat melihat itu. Ia pun menjadi agak
panik. Bukan seperti itu maksudnya.
“Bu-bukan seperti itu, Chunnie. A-aku hanya kasihan
pada Yunho. Dia tak memiliki siapapun untuk memperhatikan dirinya, bahkan ia
sendiri tak peduli dengan kesahatannya. Dia sedang sakit, kalau akau pergi siapa
yang akan merawatnya? Sakit tifus-nya bisa semakin parah,” Jaejoong berusaha menjelaskan.
“Ha… Haha…” Yoochun tiba-tiba tertawa-tawa. Nanun
tawanya terdengar menyedihkan.
Jaejoong meremas ujung kemejanya, bertambah takut.
“Ukh!” pekik Jaejoong. Tiba-tiba Yoochun mencengkram
dagunya, sambil memberinya tatapan yang tajam.
“Jung Yunho sudah mengurungmu selama 13 tahun. Dia
merebutmu dari sisiku. Dia juga memisahkanmu dari Junsu dan Eomma-mu. Dia
menjadikanmu pelayan dan pemuas nafsunya. Jung Yunho memperlakukanmu seperti budak.
BAJINGAN SEPERTI ITU TIDAK PANTAS UNTUK DIKASIHANI!” Yoochun berteriak tepat di
wajah Jaejoong.
Jaejoong pun tak sanggup mencegah airmatanya untuk
mengalir deras.
Jaejoong, tidak pernah menyangka Yoochun dapat
semarah ini padanya. Rasa cemburu, sakit dan tidak terima, yang telah menumpuk
di dalam hati Yoochun, seolah seperti bahan-bahan bom waktu yang siap meledak
kapan saja dan tanpa recana. Yoochun tidak kuat lagi berpura-pura baik-baik
saja dengan perasaannya, jika Jaejoong memperlakukan dirinya seperti ini.
“Singkirkan tanganmu dari Kim Jaejoong, Micky Park!”
Yoochun menarik cengkramannya dari dagu Jaejoong. Ia
berbalik dan berdiri di sebelah Jaejoong. Ia membuka mata lebar-lebar, tak
disangka-sangka Yunho kini telah berdiri di depannya. Jaejoong bereaksi tak
jauh beda dengan Yoochun. Bukankah seharusnya Yunho sedang di pulau Jeju
sekarang? Oh, shit.
“Pengawalku melapor kalau ada penghianat menyusup ke
dalam rumahku. Aku beruntung belum berangkat ke pulau Jeju sehingga aku tidak
terlambat menangkap penghianat itu,” kata Yunho.
Sret~
Yunho lalu menarik lengan Jaejoong. Reflek, Yoochun
pun menahan dengan dengan menarik lengan Jaejoong yang lain.
“Lepaskan Jaejoongku, Park Yoochun!” Yunho setengah
berteriak.
Jaejoong agak tersentak dan jadi melihat pada Yunho.
Bagaimana Yunho bisa tahu?
“Jaejoong-mu? Ck, Dia milikku!” Yoochun agak menarik
Jaejoong lebih mendekatinya. Ia melihat tajam pada Yunho.
Yunho tertawa meremehkan.
“Milikmu? Apa kau pernah merasakan bibir Jaejoong
yang menggoda? Sangat manis dan seperti candu. Aku juga sangat yakin kau belum
tahu tubuh seksi Jaejoong saat naked.
Apa lagi merasakan masuki tubuhnya melalui hole ketat yang selalu memberi kenikmatan
yang bisa membuatmu melayang. Belum kan? Hahahahah….”
Yoochun mengepalkan satu tangannya. Giginya saling
menekan geram.
“Kau tidak mendapatkan itu semua, Park Yoochun.
Bagaimana bisa kau mengatakan Jaejoong milikmu?” Kali ini giliran Yunho yang
menarik Jaejoong mendekati padanya.
Yoochun dan Yunho kemudian saling melihat tajam.
Jaejoong pun menjadi panik melihat dua pria yang pernah mengucapkan cinta
padanya tersebut bertemu dam situasi seperti ini.
“Aku sudah melaporkan penculikan pengurunganmu
kepada Jaejoong kepada polisi. Dan mereka mungkin dalam perjalanan kemari.
Jadi, kalau kau tidak melepaskan Jaejoong sekarang. Bersiap-siaplah polisi akan
menangkapmu dan kau akan membusuk di penjara.” Ujar Yoochun, yang membuat Yunho
juga Jaejoong menjadi terkejut. YunJae tidak menyangka Yoochun bisa sejauh ini
bertindak.
“Kau mencoba menakutiku, Park Yoochun,” Yunho
meskipun menjadi agak was-was. Ia berusaha tidak terpancing dan menganggap
Yoochun hanya mengancamnya saja.
Yoochun merogoh sesuatu dari sakunya. Ia mengambil
secarik kertas dan membuka lipatannya dengan
terburu-buru. Ia lalu mengangkat – menunjukkan isi surat tersebut yang
di salah satu sudut atasnya terdapat logo polisi.
“Kupikir kau tidak bodoh untuk dapat mengerti surat
apa yang di tanganku ini.” Yoochun berujar sebari tersenyum kemenangan. Membuat
Yunho dan Jaejoong lebih terkejut lagi.
Yunho mengepalakan satu tangannya, namun tangannya
yang lain justru melepaskan genggamannya pada Jaejoong.
Sret~
Yoochun menarik Jaejoong kembali ke sisinya.
“Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Kim Jaejoong.
Sebelum kau membunuhku dengan tanganmu itu,” ucap Yunho yang cukup membuat
terkejut. Matanya nampak sembab oleh cairan bening yang memenuhinya.
“Yunho-ah,” lirih Jaejoong.
“Apa gunanya aku hidup, Jae. Kalau harus kesepian
lagi. Satu persatu orang-orang di dekatku akan pergi meninggalkanku. Aku tak
mau sendirian lagi… aku takut… .”
Buk~
Yunho terjatuh dan berlutut. Ia memeluk dirinya
sendirinya dan dengan uraian airmata yang kini membasahi dipipinya.
Yoochun dan Jaejoong tersentak. Yoochun membulatakan
matanya, ia tak menyangka Yunho ternyata serapuh ini. Jaejoong akan melangkah
menghampiri Yunho, namun Yoochun menahannya.
“Hari itu, pertama kalinya jantungku berdebar
kencang dan suhu tubuhku berubah-ubah dengan cepat. Lalu kau memelukku, debaran
dan perubahan suhu tubuhku kembali tenang. Kegundahan yang hampir setiap saat
kurasakan hilang dalam sekejap, pertama kali aku bisa merasakan nyaman dengan
kehidupan ini setelah oranngtuaku meninggalkan aku. Aku mencintaimu, Kim
Jaejoong. Kau satu-satunya orang yang bisa menenangkan suasana hatiku,” Yunho
mengungkapkan yang dirasakannya.
Jaejoong menitikan airmata haru. Ia semakin yakin
Yunho tidak pernah bermaksud mengurung dirinya apalagi memperlakukannya sebagi
budaknya. Yunho hanya seorang pria yang nampak gagah dan kuat di luar namun
rapuh di dalam. Yunho seorang yang kesepian dan membutuhkan banyak perhatian.
Yoochun menarik lengan Jaejoong untuk mengajak namja
cantik itu pergi dari istana Yunho. Namun Jaejoong tak bergerak sedikitpun, ia
malah saling menatap dengan Yunho.
“Kim Jaejoong!” bentak Yoochun, menyadarkan
Jaejoong.
Jaejoong melihat pada Yoochun.
“Ibumu sedang sakit karena terus memikirkanmu,
Joongie. Ibumu dan Junsu sangat menunggumu. Sekarang kau pilih, kesehatan ibumu
atau kesehatan orang yang memperlakukanku seperti budak?” Yoochun setengah
mengancam pada Jaejoong. Jaejoong semakin sulit memutuskan.
“Jaejoongie, jangan pergi. Aku mencintaimu,” kata
Yunho. Ia sangat berharap Jaejoong tidak meninggalkan dirinya.
“Cinta? Itu bukan cinta, Jung Yunho. Cinta tidak
akan memperlakukan orang yang ia cintai seperti hewan peliharaan!” Yoochun
setengah berteriak pada Yunho.
“Jaejoongie…” lirih Yunho, memohon.
“Jangan dengarkan Jung Yunho. Bajingan ini hanya
berbohong agar ‘peliharaannya’ tidak pergi,” tandas Yoochun. Ia lalu menarik
Jaejoong pergi.
Tak ada perlawanan dari Jaejoong. Tega tidak tega,
ia harus pergi. Bagaimanapun Jaejoong juga sangat merindukan Junsu dan Eomma-nya.
Ia juga tak mau dibilang anak durhaka karena tak memperdulikan ibunya yang
sedang sakit.
Yoochun dan Jaejoong berjalan keluar melewati anak
buah Yunho, dan tanpa sekalipun mereka menoleh kebelakang.
# # # # #
Yunho meneguk segelas bir, entah sudah yang
keberapa. Yang kini pria tampan itu kehilangan sebagian dari kesadarannya.
“Semuanya pergi… hahah…” Yunho tertawa-tawa sebari melihat
datar pada gelas kini di tangannya.
“Apa kau juga pergi, Paman Lee. Seperti mereka dan
Jaejoong?” Yunho kini melihat pada Paman Lee, sekertaris pribadi keluarga Jung
yang sekaligus pengasuh Yunho sejak kecil.
“Saya tidak akan pernah meninggalkan, Tuan muda,”
jawab Paman Lee, yang terus mengawasi Yunho dari tadi, di sebelahnya.
Yunho kembali melihat pada gelasnya, dan
memainkannya – memutar-mutar di atas meja.
“Bohong. Mereka juga mengatakan akan bersamaku
selamanya, tapi mereka tetap meninggalkanku. Tidak pernah ada yang peduli
padaku. Bahkan Jaejoong juga meninggalkanku,” celetuk Yunho. Ia lalu menuangkan
kembali bir ke gelasnya. Ia akan meneguk kembali, namun dengan cekatan Paman
Lee merebutnya.
“Paman Lee!” teriak Yunho marah. Ia menatap tajam
pada Paman Lee.
“Bawa Tuan Muda ke kamarnya,” perintah Paman Lee
pada beberapa pelayan yang juga ikut mengawasi Yunho. Ia merasa sudah cukup
Yunho membuat dirinya mabuk. Jika diteruskan, bisa-bisa sakit Yunho menjadi
semakin parah. Dengan menolak pergi ke dokter ditambah dengan kepergian
Jaejoong, sudah cukup menambah kekhawatiran Paman Lee pada Tuan mudanya itu.
“Yak! Lepaskan aku, berikan gelasnya padaku, Paman
Lee!” Yunho memberontak, ketika dua pelayannya mencoba untuk membawa Yunho ke
kamarnya.
Dua pelayan Yunho tak membiarkan Yunho memberontak
lebih lama, mereka terpaksa agak kasar untuk memaksa Yunho menuju kamarnya.
Buk~
Tubuh Yunho di hempaskan ke ranjang, Paman Lee
mengikutinya dari belakang. Yunho seketika memutar tubuhnya, tertidur
menyamping dengan menekuk kakinya, membelakangi orang-orang yang di dekatnya
kini.
“Eomma… Appa…. Yunho takut, Yunho sendirian lagi.
Jaejoong pergi… dia pergi Eomma…” rancau Yunho
sambil terisak.
Paman Lee melihat dan merasa sedih pada Yunho yang
seperti ini. Ia kemudian membenarkan letak selimut untuk menutupi tubuh pria tampan itu. Ia kemudian
bersama dua pelayan yang membawa Yunho tadi keluar dari kamar Yunho.
“Joongi-ah… Kim Jaejoong….” Yunho tersenyum miris,
masih dengan mata basah oleh airmata. Ia mengulurkan tangannya, seolah-olah akan
menggapai Jaejoong berada di depannya dengan tersenyum manis.
~TBC~
Geje yah….
RCL nya yah… kekekek
Sampai jumpa minggu depan…