Title
: Love in Black
Author
: Minhyan-ssi
Pairing : Yunjae
Legh : 1 of ?
Ratting : PG-17
Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC – Mpreg
Cast :
- Jung Yunho (25)
-
Kim Jaejoong (23)
-Kim
Junsu (23)
-Park
Yoochun (24)
-Shim
Changmin (22)
-
Etc
Happy
reading all. . .
>>>
>>>
P.O.V
Author
Seoul,
2012
Dentum musik
yang di mainkan DJ malam ini di bar milik Shim Changmin terasa berbeda – lebih
menggugah pengunjung untuk menarik diri mereka ke lantai dansa. Terasa spesial
karena seorang Kim Jaejoong yang memainkannya, sebagai hadiah untuk sahabatnya
Park Yoochun yang hari ini naik jabatan. Ah, bahkan Yoochun untuk Jaejoong bisa lebih dari
sekedar sahabat. Jaejoong menganggap Yoochun adalah pahlawannya. Jika ia tidak
bertemu namja cassanova tersebut lima tahun lalu, entah, Jaejoong tidak tahu ia
masih di duniaini atau tidak sekarang ini. Yoochun menolongnya dari ketiga
brandal yang nyaris memperkosa dirinya, lalu mengenalkannya pada Shim Changmin.
Dari situ
kehidupan baru Jaejoong dimulai. Ia belajar DJ dari Changmin dan semakin
berjalannya waktu Jaejoong ahirnya bekerja sebagai DJ sambil ia sekolah.
Bersamaan dengan itu, penampilan dan sikapnya pun perlahan ikut berubah – bukan
namja yang lemah dan polos lagi – ia mulai mengenal dunia malam. Lulus sekolah
dengan sedikit campur tangan Yoochun, Jaejoong diterima bekerja di Dong Bang Corp.–
perusahaan besar milik keluarga besar Yoochun. Namun Jaejoong tak dapat
meninggalkan dunia malamnya, sampai kini setelah ia bekerja ia dan Yoochun
hampir tak pernah absen mengujungi bar Changmin.
“Yoochun-ah.”
Yoochun
menoleh kebelakang begitu merasakan tepukan kecil di bahunya.
“Yunho
Hyung!” Yoochun lansung saja berdiri menghadap pada Yunho. Dadanya berdebar
agak lebih kencang – terkejut dengan kedatangan Yunho yang tiba-tiba. Ia memang sudah tahu Yunho
secepatnya akan pulang dari kuliahya di Amerika dan segera
menggantikan posisi Mr. Jung sebagai presdir. Yoochun bahagia dengan berita
tersebut, ia begitu meridukan sepupunya itu – Jung Yunho. Dan Yunho datang sekarang tidak memberitahunya dulu, kesal tapi Yoochun
juga senang. 7 tahun Yunho di Amerika
dan begitu sulit dihubungi.
“Apa aku
mengejutkanmu, sepupu Park.” Yunho berkata sambil tersenyum innocent.
“Keterlaluan
kau, sepupu Jung. Kau hampir membuatku mati terkejut.” Yoochun meninju pelan
bahu Yunho beberapa kali. Keduanya lalu tertawa dan berpelukan.
“Aku akan
memanggil Changmin.” Ujar Yoochun setelah mereka berpelukan
melepas rindu.
“Ah, aku
juga merindukan monster food itu,” ujar Yunho.
“Kau harus
lebih berhati-hati padanya, Hyung. Monster Food-nya jauh lebih parah dari pada
dulu.”
“Hmm.. sudah
ku duga itu terjadi.”
Yunho dan
Yoochun lalu tertawa lagi.
“Duduk dan
nikmati saja musiknya, Hyung. DJ-nya temanku dan Changmin. Dia yang membuat moster
food Changmin bertambah parah.”
“Benarkah?
Kau harus mengenalkannya padaku kalau begitu.”
“Jangan
khawatir.” Yoochun menepuk bahu Yunho. Yoochun lalu pargi memanggil Changmin
beberapa saat kemudian.
Yunho
menjatuhkan dirinya di sofa selepas kepergian Yoochun, melepaskan rasa lelahnya
setelah berjam-jam menempuh perlanan
Amerika-Korea. Yunho sengaja tidak pulang ke rumah terlebih dahulu. Ia
terlalu meridukan sepupu dan sahabatnya, dan ingin memberi kejutan untuk
keduanya. Matanya terpejam perlahan, Yunho mulai menikmati musik yang
disuguhkan DJ. Entah hanya persaannya atau memang faktanya, musik yang tengah
ia nikmati terasa bebeda – seolah merasuki kalbu pendengarnya. Sedikit demi
sedikit rasa lelah Yunho berkurang, ia jadi agak tertarik ikut bergabung di
lantai dansa.Tapi ia sedang menunggu Yoochun dan Changmin.
-------
“Jaejoong
Oppa….” Jaejoong hanya tersenyum menanggapi teriakan para gadis pengunjung bar
yang berteriak menyebut-nyebut namanya – seperti fans yang memanggil-memanggil
artis idolanya saja. Jaejoong memang memiliki cukup banyak penggemar di bar
Changmin ini, meskipun ia sudah 3 tahun terahir
tidak menjadi DJ. Namun tetap tak
kehilangan pesona. Hampir setiap malam selalu ada gadis bahkan pria yang terang-terangan mengajaknya tidur.
“Oppa,
untukmu.” Seorang gadis mendekati Jaejoong dan menyerahkan sebatang rokok pada
Jaejoong. Orang-orang di bar sudah mengenal Jaejoong dan kebiasaannya – yang
seolah tak terlepas darik rokok dan bir.
“Oppa….”
Tiga gadis lagi mendekati Jaejoong juga, salah satunya menyalakan rokok yang
telah terselip diantara kedua bibir merah Jaejoong.
Di tempat
ini, di bar ini Jaejoong seperti menemukan kehidupan yang diimpikannya. Meski
semu dan didasari nafsu, tapi disini ia dipuja dan dihargai. Jaejoong bahagia,
apalagi dengan adanya Yoochun dan Changmin.
Jaejoong duduk
di salah satu sofa, para gadis pun berebut tempat untuk bisa duduk di sebelah
Jaejoong. Jaejoong tamapak tak peduli ia malah asyik menikmati – menghisap rokoknya.
“Oppa….”
“Oh…
Jessica,” Jaejoong melirik gadis disebelahnya. Ia menyingerai, Jessica
mennyodorkan segelas bir sambil berusaha mencium dirinya. Jaejoong menyambut
ciuman tersebut, ia melumat bibir Jessica agak tergesa dan bernafsu. Jaejoong
dan Jessica berciuman cukup lama dan tak menyadari seorang pria mendatangi
Jaejoong. Tanpa basa-basa langsung memukul menarik dan memukuli Jaejoong.
“Jaejoong
Oppa…!” teriak para gadis agak histeris,
terkejut juga tiba-tiba pria itu datang dan langsung berbuat onar.
“Brengsenk!
Kau siapa kau. Kenapa memukulku taba-tiba, huh!” ucap Jaejoong kasar – dengan
emosi pula tentu saja.
“Jessica,
wanitaku. Jangan menyentuhnya lagi atau kau mau mati di tanganku.” Pria itu
malah mengancam.
Jaejoong
mengangkat sebelah alisnya, sesaat kemudian ia tertawa-tawa.
“Apa yang
kau tertawakan, Bodoh.” Pria itu mulai emosi. Ia merasa Jaejoong sedang
mengejeknya.
“Pria bodoh,
aku tidak butuh wanita jalangmu.”
Bugh~
Jaejoong
mendorong keras Jessica pada pria tadi. Jessica sambil melihat pada Jaejoong –
seolah berkata ‘tidak mau’ .
“Kua
benar-benar bodoh, mempertahankan wanita jalang penggoda macam Jessica. Cih,
menjijikan.”
“Apa kau
bilang, Kim Jaejoong. Jangan menghina wanitaku!”
Bugh~ Bugh~
-------
“Tuan Shim, Tuan
Jaejoong ribut lagi.” Ujar pelayan bar memberitahu, langsung menginterupsi
percakapn hangat diantara Yoochun, Changmin dan Yunho.
“Aish,
selalu saja,”umpat Changmin sedikit
menggertak. Ia langsung bangkit dan pergi meuju Jaejoong.
“Yoochun-ah,
Jaejoong siapa yang pelayan tadi maksud?” tanya Yunho, tiba-tiba jadi penasaran
setelah pelayantadi menyebut nama Jaejoong.
“Kim
Jaejoong, temanku dan Changmin. Dia yang kuceritakan membuat panyakit monster
food Changmin semakin parah. Ah, dia sekolah di SMA yang sama denganmu tapi dia
2 tahun di bawahmu.”
“A-apa yang
kau katakan itu serius”
“Kapan aku
pernah membohongimu, Hyung?”
“Damn it.”
Tiba-tiba
saja Yunho bangkit – berlari mengejar Changmin. Yoochun terpaku sebentar seraya
mengangkat alisnya sebelah. Ia tidak mengerti kenapa hyung sepupunya itu
terlihat begitu tertarik dengan Jaejoong padahal Yunho belum pernah bertemu
Jaejoong bukan? Yoochun tak mau ambil pusing, ia juga bergegas mengekori Yunho.
Jujur saja, ia menghawatirkan Jaejoong pula. Bukan sekali ini saja sahabtanya
itu terlibat keributan di bar. Entah berapa kali sudah. Pesona Jaejoong yang
dapat membius hampir siapa saja memang tak jarang membuat kecemburuan pria lain
karena pasangannya diam-diam melirik dan berusaha mendekati Jaejoong.
------
“Jaejoong
hyung, kau tidah apa-apa?” tanya Yoochun melihat Jaejoong sudah duduk di salah
satu sofa bersama Changmin.
“Si
brengsenk itu yang memukulku duluan.” Ucap Jaejoong nada kesal, sambil meneguk
bir dengan tergesa. Mengacuhkan Yoochun.
“Gara-gara Jessica
jalang itu yang menggodaku. “
Brak~
Jaejoong menaruh gelasnya agak dengan membanting. Ia
tidak menyadari Yunho melihat padanya tanpa berkedip – sepert terkejut.
Yoochun dan
Changmin menggeleng kepala, tidak habis
pikir pesona Jaejoong ternyata juga menyulitkan bagi Jaejoong sendiri.
Parahnya, Jaejoong malah melayani ajakan orang yang menantangnya berkelahi.
Mata
Jaejoong tak sengaja menangkap sosok Yunho yang masih berdiri sambil melihat
padannya. Sesaat diawal ia tak peduli,setelah kedua kali ia malah jadi terpaku
sendiri melihat Yunho. Sosok Yunho masih terpatri kuat di benak Jaejoong, Tentu
saja. Yunho adalah cinta pertamanya, dan mungkin juga saat ini.
Yoochun dan
Changmin saling menatap, sealah saling bertanya ‘ada apa dengan Jaejoong dan
Yunho?’. Changmin mengangkat bahunya sebagai jawaban ‘tidak tahu’.
Beberapa
saat keempatnya tidak saling bicara – sibuk bertanya pada dirinya sendiri.
“Ah,
Jaejoong hyung, kenalkan ini Yunho hyung. Dia direktur kita yang baru.” Yoochun
berinisiatif memecah keheningan yang
terjadi.
Jaejoong
agak tergagap, ucapan Yoochun membuyarkan Jaejoong dari pikiran panjangnya.
Jaejoong lalu berdiri dengan perasaan berdebar-berdebar. Wajar, ia kini
berhadan dengan orang yang ia sukai.
“A-anyeonghaseyo… Kim Jaejoong imnida.” Jaejoong membungkukan
badan, perasaanya semakin kencang berdebar. Apa Yunho masih mengingat dirinya?
“Jung Yunho
imnida.” Yunho hanya menggerakkan kepala sedikit. Tidak nampak tanda Yunho akan
melanjutkan lagi ucapannya tersebut.
“Oh ya,
Hyung. Jaejoong hyung dulu satu sekolah denganmu di SMA.” Changmin menambahkan.
Jaejoong berdoa diam-diam agar Yunho mengingat
dirinya setelah mendengar ucapan Changmin barusan.
“Oh,
benarkah itu, Changmin? Aku belum pernah melihat Jaejoong-ssi di sekolah dulu.”
Yunho berkata sambil melihat pada Jaejoong. Seolah tatapa itu begitu dalam,
Jaejoong seperti merasakannya, tapi entahlah.
“Hmmm….”
Changmin mengangguk.
Suasana
hening lagi. Jaejoong melihat ke arah lain. Sebetulnya ia menghindari
bertatapan langsung dengan Yoochun, Changmin dan terlebih Yunho. Jaejoong
berusaha keras menahan air matanya keluar. Jawaban Yunho memang singkat, namun
mampu membuat goresan luka parah di hati Jaejoong. Namja cantik itu menghela
nafas berat berkali-kali. Ia seperti tersayat ratusan pedang yang dalam sekejap
melumpuhkannya.
Jaejoong
menghempaskan dirinya pada sandaran sofa sambil memejamkan mata. Lalu ia
tersenyum kecut. Wajar bukan Yunho tidak mengingatnya? Siapanya dirinya dulu?
Namja tolol dan lemah. Culun pula. Dan Yunho? Adalah pangeran dengan segala
macam kesempurnaanya.
“Yoochun-ah,
Changmin-ah, aku harus pergi sekarang. Tadi aku lupa ada urusan dengan
appa-ku.” Ujar Yunho.
“Tapi hyung,
kau belum mengobrol dengan Jaejoong hyung,” sahut Yoochun, agak tidak rela
Yunho pergi sekarang.
“Lain kali
saja kalau bertemu di kantor. Samapi jumpa Jaejoong-ssi.”
Jaejoong
tidak menyahut. Ia masih tenggelam dalam pikirannya sendiri – tidak
mendengarkan sekitarnya. Yunho tetap berusaha untuk tersenyum. Sesaat kemudian
ia benar-benar pergi dari hadapan Jae-Chun-Min.
------
Jaejoong
berjalan malas memasuki rumahnya. Pikiranya masih penuh seputar Yunho, di
samping itu ia membenci berada di rumahya sendiri. Bertemu orang–orang yang
paling ia benci.
“Kim
Jaejoong! Dari mana saja baru pulang tengah malam begini!” Bentak wanita paruh
baya – ibu tiri Jaejoong, yang baru keluar dari salah satu kamar.
“Bukan
urusanmu.” Jaejoong menjawab sinis. Ia terus berjalan tannpa memperdulikan ibu
tirinya yang berjalan padanya.
“Wajahmu?
Kau berkelahi lagi!” Ibu tiri Jaejoong berusaha mengapai wajah Jaejoong. Tapi
Jaejoong menepisnya.
“JANGAN
PERNAH MENYENTUHKU, WANITA MURAHAN!” teriak Jaejoong penuh emosi. Jaejoong
belum bisa memaafkan ayah dan ibu tirinya, justru rasa benci itu kian menumpuk
di hati setiap harinya. Entah kenepa.
“Kim
Jaejoong!” Mrs. Kim tersulut emosinya. Ia mengangangkat tangannya, tanpa tersa
hendak menampar Jaejoong.
“EOMMA
JANGAN!” teriak Junsu – yang tentu saja adalah adik tiri Jaejoong. Menahan
tangan ibunya.
“Jaejoong
hyung, pergilah sekarang ku mohon, sebelum eomma benar-benar marah,” ujar Junsu
pada Jaejoong.
“Berhenti
berpura-pura baik padaku anak haram. Aku tidak takut pada kalian. Kalau aku
mau, aku bisa membunuh kau dan orangtuamu detik ini juga. SEPERTI YANG KALIAN
LAKUKAN PADA EOMMA-KU!” Jaejoong berteriak tepat di telinga Junsu. Lalu ia
berlari kecil menuju kamarnya.
“Kim Junsu!
Kenapa kau selalu membelanya!” Mrs. Kim memprotes. Ia tidak tahu apa yang ada
di benak Junsu – putra kandungnya itu yang selalu membela Jaejoong. Padahal
Jaejoong selalu mengkasari dan mengatainya anak haram. Mrs. Kim sendiri selalu
lepas kendali setiap menghadapi jika menghadapi Jaejoong. Bagaimana bisa, Junsu
sesabar itu menghadapi Jaejoong?
“Karena dia
hyungku, putra eomma juga.”
~TBC~
Suka ga
ceritanya? Komen ya…