Selasa, 06 Agustus 2013

Title : More than Oneshoot

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae


Legh : 1 of 1


Ratting : PG-17


Genre : Drama – Angst – Fluff  – Yaoi


Cast :

- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

Kalau FF kali ini terinspirasi dari MV B.A.P - Oneshoot and drama nice guy – Soo Jong Ki. Kalau banyak kesamaannya, tolong dimaklumin ya, lagi g ada ide ini… kekekek 

Dan saia sedang tergila2 ma BAP-oneshoot.. maap ya kalau geje

Ok, Happy reading all. . .


>>> 

Dor~
Dor~

“ANGKAT TANGANMU!” bentak seorang polisi.

Yunho seketika membeku, setelah menembaki para polisi dangan membabi buta hingga banyak dari polisi tersebut yang berjatuhan. Perlahan, Yunho mengangkat kedua tangannya, tanpa melepaskan senjata api dalam genggamannya. Dilihatnya, dirinya sudah dikepung. Rekan-rekannya bahkan bisa dibilang bos-nya, telah berhasil diringkus. Ia sendirian sekarang.

“Buang senjata itu, CEPAT!” perintah salah satu polisi yang mengepung Yunho.

Sret~

Yunho pun melempar senjatanya dengan kasar.

Sret~

Satu langkah kaki para petugas mulai bergerak untuk menyergap Jung Yunho – orang terdekat Jung Eunjae yang seorang bandar narkoba dan gengster yang cukup meresahkan di Seoul.

“Ah!” rintih Yunho mendadak sambil memegangi kepalanya. Dan garakan tiba-tiba ini membuat reflek para polisi untuk mengaktifkan senjata mereka.

“JANGAN!” teriak Jaejoong langsung menerobos posisi melingkar yang dibuat para polisi untuk mengepung Yunho. Dengan tanpa rasa takut dan tak peduli apapun. Ia langsung memeluk Jung Yunho tanpa ragu lagi. Jika saja ia terlambat satu detik saja, mungkin kini sudah ada peluru yang bersarang di tubuh Yunho.

“Kim Jaejoong! Apa yang kau lakukan disitu. Cepat menyingkir!” perintah komandan Jaejoong, yang juga ikut mengepung Yunho. Yeah, Jaejoong adalah seorang detektif yang juga terlibat dalam rencana besar penyergapan gengster pimpinan Jung EunJae yang selama ini selalu dapat lolos dari upaya penyergapan polisi.

“Aaahhh!” rintihan yang keluar dari bibir Yunho semakin keras dan jelas menunjukkan kesakitan yang kini dirasakan pria bermata musang itu.

Jaejoong semakin deras meneteskan airmata dari mata indahnya. Perasaanya terasa hancur setiap kali Yunho kesakitan seperti ini, setiap kali penyakit prosopagnosia yang di derita Yunho kambuh. Ia benar-benar mengutuk penyakit yang menyerang bagian otak Yunho ini, ia juga membenci Yunho yang keras kepala menolak untuk dioperasi demi kesembuhan penyakitnya ini. Yunho selalu menggunakan alasan klasik untuk menolak anjuran Jaejoong tersebut, secara halus.

Jika ia dioperasi, mungkin ia akan sembuh, namun ia tidak akan bisa ingat lagi pada orang-orang yang dikenalnya dan orang yang ia cintai – Kim Jaejoong. Yunho tidak ingin seperti itu, dan ia juga tidak ingin banyak menyusahkan EunJae lagi.

Dalam tangisnya, Jaejoong berusaha mengeratkan pelukannya pada Yunho. Tapi secara tak terduga Yunho malah meronta – menolak pelukan Jaejoong, meski sambil menahan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya.

“Sandiwara apalagi yang sedang kau perankan ini, Kim Jaejoong,” ucap Yunho dengan suara berat dan bersusah payah.

Jaejoong tak peduli, ia tetap beruasaha untuk memeluk Yunho. Ia tahu, seperti ini dapat sedikit membantu Yunho mengurangi rasa sakitnya.

“Apa kau benar-benar jatuh cinta pada bajingan itu, Kim Jaejoong!” teriak salah satu rekan Jaejoong yang juga berada disitu.



-Flash Back-

“Aku bersedia untuk menjadi mata-mata dalam misi ini. Kalau Jung Enjae mudah curiga, maka aku akan mendekati orang terdekatnya Jung Enjae, Jung Yunho. Aku akan bisa naik pangkat jika aku berhasil dalam misi ini.” Kata Jaejoong pada komandannya dan di depan rekan satu timnya, dengan tegas dan sangat yakin.

# # # #

5 bulan kemudian….

“Yunho-ah, apakah selamanya kau akan hidup ini? Tidakah aku ingin sebuah kehidupan yang baru dari pada seperti ini?” tanya Jaejoong pada Yunho yang tengah menyimpan kepalanya di bahu Jaejoong. Tanpa merasa malu atau canggung pada sopir taxi yang akan membawa mereka ke markas EunJae. Hari ini kelompok gengster tersebut akan melakukan transaksi narkoba dalam jumlah yang besar. Yang tak pernah mereka ketahui jika itu semua adalah jebakan polisi untuk dapat meringkus mereka.

Dalam hati, Jaejoong terus menangis karena sangat takut. Ia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Yunho. Yeah, ini memang diluar kendali Jaejoong. Niatan mendekati Yunho untuk memata-matai kelompok gengster, malah membuat Jaejoong terjebak cinta disana. Ia mencintai Jung Yunho.

Jaejoong mengaitkan jemarinya dengan jemari Yunho. Dan meremasnya lembut. Untuk mengendalikan emosinya agar tak menjatuhkan airmata sekarang.

“Jika aku bisa, aku juga ingin melakukannya, Joongie. Aku ingin hidup dengan damai di sebuah desa, membangun rumah yang sederhana, kemudian hidup bahagia bersamamu disana. Aku juga ingin sekali hidup normal seperti kebanyakan orang. Tapi Tuan EunJae telah sangat baik memungutku dari jalan. Lalu dia memberiku nama Jung Yunho dan menganggapku seperti anaknya. Aku tidak bisa meninggalkannya, aku berhutang nyawa dan segalanya padanya,” tutur Yunho panjang lebar.

Damn. Jaejoong mengumpat dalam hatinya. Ia membenci ini, ia mengutuk pada takdir yang menyerahkan Yunho pada seorang bajingan dan ketua gengster. Yunho selalu dibayangi bahaya kemanapun dirinya pergi. Dia tidak bisa melepaskan diri seorang Jung EunJae dan menjalani kehidupan sosial yang normal. Jika takdir itu bisa dibunuh, rasanya ingin sekali Jaejoong membunuhnya dan mencabik-cabik habis takdir kejam itu.

-End Flashback-



“Pergi kau pembohong, JANGAN PERNAH MENYENTUHKU LAGI, BRENGSEK!” teriak Yunho sebari terus melepaskan diri dari Jaejoong. Walau sesekali ia masih merintih. Rasa sakit yang mendera kepalanya semakin menggila saja.

Para polisi mulai bergerak untuk menyergap Yunho, namun sang komandan menahan mereka. Para polisi itu pun lantas melihat serius pada komandan mereka seolah meminta penjelasan. Sang komandan pun seperti memberi kode dengan menggerakkan kepala untuk melihat pada Jaejoong. Komandan yang telah berusia paruh baya dan memliki rencana untuk pensiun dari kepolisian tahun depan itu, mulai mencoba mengerti perasaan Jaejoong. Ia yakin Jaejoong dapat mengatasi semuanya.

“Aku mencintaimu, Yunho-ah. Aku ingin melindungimu,” ujar Jaejoong masih berusaha melawan perlawanan dari Yunho.

“Pembohong!”

Aniya. Aku benar-benar mencintaimu, Jung Yunho.”

“AAKKKHHH….!”  Mendadak Yunho berteriak sangat kencang sambil menjambak keras rambutnya sendiri. Sebelum tak sadarkan diri, Yunho sempat kejang dalam beberapa detik.

“YUNHO-AH…!” teriak Jaejoong dengan histeris.

Para polisi lantas benar-benar bergerak. Mereka mengamankan Yunho, sementara sang komandan memegangi Jaejoong agar tak menghalangi proses peringkusan ini.

“Yunho tidak bersalah, Komandan. Dia tidak pernah mencuri ataupun melukai siapapun. Dia hanya berusaha melindungi Jung EunJae. Dia sangat menyukai anak-anak, Yunho selalu mencuri kesempatan dari EunJae untuk mengajar anak-anak jalanan. Jangan hukum Jung Yunho, dia orang baik.” Rancau Jaejoong, tentu dengan masih uraian airmata yang menemaninya.


# # # # # #



Daejeon, 7 tahun kemudian……

P.O.V Kim Jaejoong

Menjadi Kim Jaejoong yang baru. Aku telah berjanji kepada Tuhan seperti itu. Aku berusaha menghapus semua memori buruk tujuh tahun lalu. Tepatnya setelah aku dipecat dari kepolisian karena melanggar peraturan yaitu berusaha melindungi seorang buronan. Lantas aku pindah ke Daejeon dan memilih tinggal di sebuah desa yang menurutku cukup nyaman dan damai. Seperti mimpi Yunho yang ingin hidup bahagia di sebuah desa dengan tenang.

Yunho, Jung Yunho. Tentang beruang mesum ini, aku benar-benar merindukannya. Setelah kejadian itu, komandan dan para polisi lain melarangku untuk menemui Yunho. Aku tidak tahu, tapi kupikir mereka takut aku akan melarikan Yunho dari penjara. 


Tapi itu semua sebelum lima bulan yang lalu.

Aku harus banyak berterima kasih pada komandan. Ah, tidak, lebih tepat jika aku menyebutnya mantan komandanku karena dia benar-benar pensiun ditahun berikutnya. Dia banyak membantuku dan Yunho. Dia terus membantu selama proses hukum Yunho berjalan dan berhasil membuktikan jika Yunho tidak terlibat dalam serangkaian kekerasan yang dilakukan Jung EunJae. Yunho hanya mengabdi layaknya seorang ajudan yang hanya menjaga keselamatan EunJae saat sedang transaksi. Justru EunJae sebelum melakukan transaksi jebakan itu, sempat memintaku untuk menjaga Yunho karena saat itu penyakit Yunho baru saja kambuh dan Yunho belum sempat meminum obatnya. Yunho hanya terjerat dimana ia berusaha melindungi sebuah kejahatan dan dipenjara selama 4 tahun.

Komandanku – Paman Choi merasa kasihan pada Yunho. Ia lantas mengajak Yunho pindah ke Amerika dan membiayai operasi untuk menyembuhkan penyakit Yunho yang kian parah.

Yunho memulai hidup barunya dari Amerika dan kuliah melanjutkan kembali S2-nya disana. Yang tak pernah aku dan Paman Choi sangka, entah kenapa mendadak lima bulan yang lalu Yunho memutuskan untuk kembali ke Korea. Dan masih diluar dugaan kami, Yunho memilih untuk hidup di Daejeon juga. Padahal aku dan Paman Choi tidak pernah memberitahukan kepada Yunho tentang pertemanan kami. Aku hanya ingin Yunho memulai lagi hidup yang benar-benar baru. Ia tak perlu mengingat orang-orang yang dikenalnya dimasa lalu, juga… orang yang pernah ia cintai sekaligus mengewakannya.

Meskipun berat, tapi Kim Jaejoong telah memutuskannya. 

Dia menjadi guru SMA di dekat tempat tinggalku. Setiap makan siang setelah pulang dari mengajar ia selalu mampir ke restoran yang ku mulai ku kelola satu tahun setelah menetap disini. Tapi menyebalkan, karena Yunho selalu datang bersama murid-murid perempuannya yang tergila-gila padanya. Yeah, aku dengar Yunho memang menjadi idola di SMA itu, tidak hanya para guru tapi juga para murid. Huh.

“Oppa, kenapa kau memandangi kami seperti itu?”

Aku agak tersentak. Seorang gadis berseragam SMA bertanya padaku, dan membangunkanku dari pikiran panjangku. Mataku langsung melihat serius padanya, dan…. dua temannya yang duduk di sebelah seorang pria – guru mereka. Dan pria itu adalah Jung Yunho.

“Aish,” gumamku. Lalu aku berjalan menghampiri mereka.

Brak~

Aku menggebrak meja dengan cukup keras.

“Yak! Oppa! Kau mengejutkan kami!” protes gadis tadi padaku, dengan berseru dan berdiri.

Jantungku mendadak berdebar menggila, karena mata musang Yunho juga sedang menatapku seperti teman-teman gadis ini. Aku  melirik padanya. Demi  Tuhan, dia bertambah tampan setiap harinya.

“Oppa, jangan-jangan kau menyukai Jung Songsaenim,” celetuk gadis tadi.

Mata musang itu melebar – melihat padaku lebih serius. Oh, Tuhan, rasanya tubuh ini seperti meleleh. Dan  mungkin sebentar lagi jantungku juga akan melompat keluar.

“Oppa!” seru gadis itu, yang membuat mataku jadi melepaskan sosok Yunho untuk beralih padanya.

“Yak! Kau bicara apa, bocah.” Marahku pada gadis itu, sambil berdecak pinggang. Aku tidak sedang berpura-pura. Aku tidak suka orang lain mendekati Yunho-ku.

“Oppa tidak usah menutup-nutupinya lagi dari kami. Kami sudah sering memperhatikanmu, Oppa. Kau selalu memperhatikan Jung Songsaenim setiap kali dia makan disini. Dan kau selalu berusaha mengusir kami dari sisi Jung Songsaenim. Aish, benar-benar memalukan.”  

Shit. Gadis ini, benar-benar mempermainkan emosiku. Aku dipermalukan oleh anak SMA di depan Yunho? Padahal selama ini aku selalu berusaha terlihat sempurna di depan Yunho. Ini gila.

Sret~

Yunho mendadak berdiri, dan menaruh buku yang dibacanya tadi ke meja. Dia lalu menghadap kepadaku. Ya, Tuhan… dapatkah Kau membuat bumi ini menelanku sekarang? Aku akan mati!

“Benar seperti itu, Jaejoong-ssi?” tanya Yunho padaku. Ia memang telah tahu namaku, karena setiap pengunjung restoranku pasti tahu namaku. Entah dari mana mereka tahu. Atau mungkin karena aku terkenal di lingkungan tempat tinggalku. Yeah, memang diantara restoran yang berdiri di lingkunganku, restoranku yang paling ramai.

“Ya, ya, aku menyukaimu. Aku menyukai pria tampan sepertimu, Yunho-ssi.” Jawabku cepat-cepat karena sangat gugup. Dan aku tak bisa mengendalikan diriku. Damn. Hancur semua imej yang kubangun dengan sangat sempurna di depan Yunho.

“Seberapa besar kau mencintaiku?” tanyanya masih tampak tenang.

“Besar, sangat besar. Yang jelas lebih besar dari pada rasa suka dari fans-fansmu.”

“Sejak kapan kau menyukaiku?” Yunho bertanya lagi.

“Sudah sangat lama.”

“Kapan itu?”

“Kubilang sudah sangat lama. Aish, ini sudah cukup  memalukan.”

Sret~

Aku pun lantas berjalan meninggalkan tempat Yunho duduk dengan ketiga muridnya. Jujur, aku merasa seperti tidak tahu diri berkata seperti itu pada Yunho. Mengungkapkan perasaan kepada orang lain, memang tidak ada salahnya. Masalahnya, aku dan Yunho belum berteman yang sebenarnya apalagi untuk dekat dengannya. Jika setelah ini Yunho akan membenciku dak tidak mau makan di tempatku lagi… lebih baik aku mati saja.

~End P.O.V Jaejoong

# # # # #

P.O.V Yunho

Aku lebih merapatkan jaket tebal yang ku kenakan. Aku tidak peduli pada dinginnya hembusan angin dan salju yang turun, terus menyerang tubuhku tanpa  ampun. Aku tetap akan berdiri disini, di taman dekat sekolah tempatku mengajar, demi menunggu seseorang yang kucintai.

Yeah, aku mencintainya dan sangat mencintainya. Meski aku tidak yakin dia juga mencintaiku.

Jika kau bertanya alasan aku mencintainya. Aku tak akan menjawabnya, karena aku sendiri tidak pernah tahu kenapa aku mencintainya seperti ini. Aku bertemu pertama kali dengannya saat aku tidak tahu jalan dari rumahku menuju sekolah. Dia berbaik hati mengantarkanku ke sekolah tempatku bekerja. Senyumannya dan mata indahnya, entah kenapa membuat hatiku langsung jatuh cinta padanya.

Sejak saat itu, aku selalu melewati rumahnya ketika aku berangkat mengajar. Padahal ada jalan lain yang lebih dekat jaraknya dari rumahku ke sekolah, hanya demi berharap dapat melihat wajah indahnya dipagi hari yang indah.

 Aku selalu berusaha tampil keren di hadapannya.

Aku sengaja membawa beberapa muridku setiap kali aku datang untuk makan siang di restorannya. Dan membuat keributan sedikit di sana. Hanya agar dia mau melihat padaku.

Aku… benar-benar seperti orang gila karena mencintainya.

“Apakah salju berhenti turun sekarang?” gumamku. Butiran-butiran salju yang sedari tadi membenturkan diri mereka pada tubuhku, sekarang sudah berhenti. Tapi aneh, di depanku aku masih dapat melihat turunnya salju yang agak deras.

Aku mendongakkan kepalaku. Betapa terkejutnya aku, karena diatasku sudah ada payung berwarna merah yang memayungiku. Lantas aku menoleh ke samping. Aku agak tersentak dalam beberapa saat.

Sosok cantik yang membuatku gila selama lima bulan ini, benar-benar datang  dan kini, sedang memegang payung yang memayungiku. Kim Jaejoong, benar-benar serius dengan ucapannya tadi siang. Senyuman manis yang terukir dari bibir cherry-nya, dengan ajaib membuat jiwa dan tubuhku terasa menghangat. Padahal sekarang angin berhembus cukup kencang.

Perlahan, aku melangkahkan kaki lebih mendekatinya. Entah siapa yang mengendalikan diriku sekarang, tangan kiriku seperti begerak sendiri memeluk pinggang ramping Jaejoong. Ia sempat sedikit tersentak. Tangan kananku tergerak untuk memegangi belakang kepala Jaejoong.

Dan sepertinya setan telah memenangi atas kendali diriku. Aku mulai menggerakkan kepalaku mendekati wajah Jaejoong, untuk dapat bibirku meraih bibir cherry pria cantik nan indah di hadapanku ini.

~ End P.O.V Yunho


P.O.V Author

Chu~

Bibir Yunho berhasil mendapatkan bibir Jaejoong. Dan lalu melumat bibir atas Jaejoong dengan lembut. Mata besar Jaejoong yang sempat membulat perlahan terpejam. Ia melepaskan payung yang dipegangnya sedari tadi dan beralih mengalungkan tangannya pada leher Yunho.

Jaejoong menikmati setiap gerakan bibir Yunho – lumatan serta sesapan pada  bibirnya yang semakin lama semakin menuntut. Lidah Yunho mengetuk bibir Jaejoong – meminta pria cantik ini untuk membuka mulutnya.

Dengan senang hati Jaejoong menuruti Yunho, dan dengan senang hati pula membiarkan lidah Yunho bermain-main di dalam rongga mulutnya.

Cinta seperti inilah yang sudah sangat lama Jaejoong dambakan. Diawali dengan rasa suka yang benar-benar tumbuh dari hati, kemudian melakukan kencang seperti kebanyakan orang. Cinta yang tanpa kebohongan ataupun bahaya yang selalu mengelilingi.

Yunho dan Jaejoong semakin larut dengan ciuman mereka. Rasa hangat yang tersalur kepada tubuh mereka, seolah sangat kuat dan berhasil mengalahkan rasa dingin dari angin dan salju. Mereka tetap berciuman seperti ini untuk waktu yang cukup lama.

~Flashback~

Setelah Yunho dan ketiga muridnya pergi, Jaejoong berjalan ke tempat keempatnya duduk tadi. Dengan penuh rasa sebal, Jaejoong membersihkan meja tersebut. Namun secara tak sengaja ia melihat secarik kertas tertinggal di sana. Ia lantas mengambil dan membaca tulisan yang tertera dalam kertas tersebut.


Kau selalu nampak indah dengan senyum dan tatapan lembut yang selalu kau nampakkan setiap kali kita berjumpa.
Bahkan hatiku langsung memuja keindahanmu di pertemuan pertama kita.
Jika kau benar-benar serius ucapanmu, datanglah malam ini di taman dekat sekolah.
Aku disana akan menunggumu

                                                         -Jung Yunho-

-End Flashback-

~THE END~

Hehehe.. geje yah… aku ga bisa romantis. Adakah yang mau mengajariku?
#plak

Maap juga untuk yang pov orang pertama yang kacau, aku kesulitan menggunakan pov orang pertama dan sedang mencobanya. Jadi mohon kritiknya kekekek

Dan maap endingnya benar2 mirip ending nice guy, aku lagi tergila2 dengan ending drama yang satu itu.







[FF-YunJae] MISSING LOVE/Chapter 3

Title : Missing Love

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae


Legh : 3 of ?


Ratting : PG-17


Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC


Cast :

- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

 FF ini terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek dari drama I Miss You yang nguras emosi…

Ok, Happy reading all. . .


> > >

Yoochun berjalan pelan dan biasa saja. Ia tak mau menimbulkan kecurigaan diantara para penjaga rumah Yunho yang tersisa. Ia beralasan Yunho menyuruhnya mengambil beberapa berkas yang ketinggalan, agar ia dapat masuk – menjemput Jaejoong.

Ceklek~

Jaejoong menolehkan kepalanya. Ia melihat Yoochun memasuki kamarnya dengan mengendap-endap.

“Yoochun-ah,” Jaejoong lantas berdiri menghampiri Yoochun. Dan memeluknya sebentar.

“Kau belum siap-siap, Jae?” tanya Yoochun. Mengamati Jaejoong dari ujung kaki sampai kepala. Jaejoong masih juga menggunakan pakaian santainya.

Jaejoong tak langsung menjawab. Ia malah menundukkan kepalanya. Jujur saja ia masih bimbang. Jaejoong memang bergembira sekali bisa bersama keluarganya kembali dan menjalani kehidupan yang normal, namun sisi hatinya yang lain merasa tidak ingin pergi. Ia tidak tega meninggalkan Yunho yang psikologis-nya sangat kacau. Terlebih tentang pernyataan cinta Yunho (meski tidak langsung), juga seperti ikut menahannya untuk pergi. Ottoke?

“Jaejoong-ah…” panggil Yoochun, mengguncang bahu Jaejoong.

Pikiran panjang Jaejoong pun membuyar.

“Apakah harus sekarang, Yoochun-ah?” tanya Jaejoong lirih.

“Tentu saja, Jae. Kesempatan seperti ini belum tentu datang dua kali.” Yoochun berkata dengan penuh semangat.

Jaejoong tersenyum tipis. Apakah ia harus meninggalkan Yunho sekarang?

“Yoochun-ah, se-sebenarnya hari ini Yunho sedang sakit. Apa tidak bisa kepergian ini ditunda sampai Yunho sembuh? Mulai bulan depan Yunho akan  sangat sibuk ke luar negeri, aku yakin kita akan sangat mudah memperoleh kesempatan seperti ini lagi.”

Yoochun melepaskan tangannya dari pundak Jaejoong. Ia terkekeh. Perkataan Jaejoong barusan, seperti pedang yang mencincang perasaan Yoochun tanpa ampun. Sakit sekali dengan kenyataan bahwa Jaejoong malah peduli pada orang yang seharusnya  dibenci.

“Ah, apakah persaanmu sekarang sudah beralih pada bajingan itu, Kim Jaejoong?” tanya Yoochun sinis. Wajahnya memerah – marah.

Jaejoong dapat melihat itu. Ia pun menjadi agak panik. Bukan seperti itu maksudnya.

“Bu-bukan seperti itu, Chunnie. A-aku hanya kasihan pada Yunho. Dia tak memiliki siapapun untuk memperhatikan dirinya, bahkan ia sendiri tak peduli dengan kesahatannya. Dia sedang sakit, kalau akau pergi siapa yang akan merawatnya? Sakit tifus-nya bisa semakin parah,”  Jaejoong berusaha menjelaskan.

“Ha… Haha…” Yoochun tiba-tiba tertawa-tawa. Nanun tawanya terdengar menyedihkan.

Jaejoong meremas ujung kemejanya, bertambah takut.

“Ukh!” pekik Jaejoong. Tiba-tiba Yoochun mencengkram dagunya, sambil memberinya tatapan yang tajam.

“Jung Yunho sudah mengurungmu selama 13 tahun. Dia merebutmu dari sisiku. Dia juga memisahkanmu dari Junsu dan Eomma-mu. Dia menjadikanmu pelayan dan pemuas nafsunya. Jung Yunho memperlakukanmu seperti budak. BAJINGAN SEPERTI ITU TIDAK PANTAS UNTUK DIKASIHANI!” Yoochun berteriak tepat di wajah Jaejoong.

Jaejoong pun tak sanggup mencegah airmatanya untuk mengalir deras.

Jaejoong, tidak pernah menyangka Yoochun dapat semarah ini padanya. Rasa cemburu, sakit dan tidak terima, yang telah menumpuk di dalam hati Yoochun, seolah seperti bahan-bahan bom waktu yang siap meledak kapan saja dan tanpa recana. Yoochun tidak kuat lagi berpura-pura baik-baik saja dengan perasaannya, jika Jaejoong memperlakukan dirinya seperti ini.

“Singkirkan tanganmu dari Kim Jaejoong, Micky Park!”

Yoochun menarik cengkramannya dari dagu Jaejoong. Ia berbalik dan berdiri di sebelah Jaejoong. Ia membuka mata lebar-lebar, tak disangka-sangka Yunho kini telah berdiri di depannya. Jaejoong bereaksi tak jauh beda dengan Yoochun. Bukankah seharusnya Yunho sedang di pulau Jeju sekarang? Oh, shit.

“Pengawalku melapor kalau ada penghianat menyusup ke dalam rumahku. Aku beruntung belum berangkat ke pulau Jeju sehingga aku tidak terlambat menangkap penghianat itu,” kata Yunho.

Sret~
Yunho lalu menarik lengan Jaejoong. Reflek, Yoochun pun menahan dengan dengan menarik lengan Jaejoong yang lain.

“Lepaskan Jaejoongku, Park Yoochun!” Yunho setengah berteriak.

Jaejoong agak tersentak dan jadi melihat pada Yunho. Bagaimana Yunho bisa tahu?

“Jaejoong-mu? Ck, Dia milikku!” Yoochun agak menarik Jaejoong lebih mendekatinya. Ia melihat tajam pada Yunho.

Yunho tertawa meremehkan.

“Milikmu? Apa kau pernah merasakan bibir Jaejoong yang menggoda? Sangat manis dan seperti candu. Aku juga sangat yakin kau belum tahu tubuh seksi Jaejoong saat naked. Apa lagi merasakan masuki tubuhnya melalui hole ketat yang selalu memberi kenikmatan yang bisa membuatmu melayang. Belum kan? Hahahahah….”

Yoochun mengepalkan satu tangannya. Giginya saling menekan geram.

“Kau tidak mendapatkan itu semua, Park Yoochun. Bagaimana bisa kau mengatakan Jaejoong milikmu?” Kali ini giliran Yunho yang menarik Jaejoong mendekati padanya.

Yoochun dan Yunho kemudian saling melihat tajam. Jaejoong pun menjadi panik melihat dua pria yang pernah mengucapkan cinta padanya tersebut bertemu dam situasi seperti ini.

“Aku sudah melaporkan penculikan pengurunganmu kepada Jaejoong kepada polisi. Dan mereka mungkin dalam perjalanan kemari. Jadi, kalau kau tidak melepaskan Jaejoong sekarang. Bersiap-siaplah polisi akan menangkapmu dan kau akan membusuk di penjara.” Ujar Yoochun, yang membuat Yunho juga Jaejoong menjadi terkejut. YunJae tidak menyangka Yoochun bisa sejauh ini bertindak.

“Kau mencoba menakutiku, Park Yoochun,” Yunho meskipun menjadi agak was-was. Ia berusaha tidak terpancing dan menganggap Yoochun hanya mengancamnya saja.

Yoochun merogoh sesuatu dari sakunya. Ia mengambil secarik kertas dan membuka lipatannya dengan  terburu-buru. Ia lalu mengangkat – menunjukkan isi surat tersebut yang di salah satu sudut atasnya terdapat logo polisi.

“Kupikir kau tidak bodoh untuk dapat mengerti surat apa yang di tanganku ini.” Yoochun berujar sebari tersenyum kemenangan. Membuat Yunho dan Jaejoong lebih terkejut lagi.

Yunho mengepalakan satu tangannya, namun tangannya yang lain justru melepaskan genggamannya pada Jaejoong.

Sret~

Yoochun menarik Jaejoong kembali ke sisinya.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Kim Jaejoong. Sebelum kau membunuhku dengan tanganmu itu,” ucap Yunho yang cukup membuat terkejut. Matanya nampak sembab oleh cairan bening yang memenuhinya.

“Yunho-ah,” lirih Jaejoong.

“Apa gunanya aku hidup, Jae. Kalau harus kesepian lagi. Satu persatu orang-orang di dekatku akan pergi meninggalkanku. Aku tak mau sendirian lagi… aku takut… .”

Buk~

Yunho terjatuh dan berlutut. Ia memeluk dirinya sendirinya dan dengan uraian airmata yang kini membasahi dipipinya.

Yoochun dan Jaejoong tersentak. Yoochun membulatakan matanya, ia tak menyangka Yunho ternyata serapuh ini. Jaejoong akan melangkah menghampiri Yunho, namun Yoochun menahannya.

“Hari itu, pertama kalinya jantungku berdebar kencang dan suhu tubuhku berubah-ubah dengan cepat. Lalu kau memelukku, debaran dan perubahan suhu tubuhku kembali tenang. Kegundahan yang hampir setiap saat kurasakan hilang dalam sekejap, pertama kali aku bisa merasakan nyaman dengan kehidupan ini setelah oranngtuaku meninggalkan aku. Aku mencintaimu, Kim Jaejoong. Kau satu-satunya orang yang bisa menenangkan suasana hatiku,” Yunho mengungkapkan yang dirasakannya.

Jaejoong menitikan airmata haru. Ia semakin yakin Yunho tidak pernah bermaksud mengurung dirinya apalagi memperlakukannya sebagi budaknya. Yunho hanya seorang pria yang nampak gagah dan kuat di luar namun rapuh di dalam. Yunho seorang yang kesepian dan membutuhkan banyak perhatian.  

Yoochun menarik lengan Jaejoong untuk mengajak namja cantik itu pergi dari istana Yunho. Namun Jaejoong tak bergerak sedikitpun, ia malah saling menatap dengan Yunho.

“Kim Jaejoong!” bentak Yoochun, menyadarkan Jaejoong.

Jaejoong melihat pada Yoochun.

“Ibumu sedang sakit karena terus memikirkanmu, Joongie. Ibumu dan Junsu sangat menunggumu. Sekarang kau pilih, kesehatan ibumu atau kesehatan orang yang memperlakukanku seperti budak?” Yoochun setengah mengancam pada Jaejoong. Jaejoong semakin sulit memutuskan.

“Jaejoongie, jangan pergi. Aku mencintaimu,” kata Yunho. Ia sangat berharap Jaejoong tidak meninggalkan dirinya.

“Cinta? Itu bukan cinta, Jung Yunho. Cinta tidak akan memperlakukan orang yang ia cintai seperti hewan peliharaan!” Yoochun setengah berteriak pada Yunho.

“Jaejoongie…” lirih Yunho, memohon.

“Jangan dengarkan Jung Yunho. Bajingan ini hanya berbohong agar ‘peliharaannya’ tidak pergi,” tandas Yoochun. Ia lalu menarik Jaejoong pergi.

Tak ada perlawanan dari Jaejoong. Tega tidak tega, ia harus pergi. Bagaimanapun Jaejoong juga sangat merindukan Junsu dan Eomma-nya. Ia juga tak mau dibilang anak durhaka karena tak memperdulikan ibunya yang sedang sakit.

Yoochun dan Jaejoong berjalan keluar melewati anak buah Yunho, dan tanpa sekalipun mereka menoleh kebelakang.

# # # # #

Yunho meneguk segelas bir, entah sudah yang keberapa. Yang kini pria tampan itu kehilangan sebagian dari kesadarannya.

“Semuanya pergi… hahah…” Yunho tertawa-tawa sebari melihat datar pada gelas kini di tangannya.

“Apa kau juga pergi, Paman Lee. Seperti mereka dan Jaejoong?” Yunho kini melihat pada Paman Lee, sekertaris pribadi keluarga Jung yang sekaligus pengasuh Yunho sejak kecil.

“Saya tidak akan pernah meninggalkan, Tuan muda,” jawab Paman Lee, yang terus mengawasi Yunho dari tadi, di sebelahnya.

Yunho kembali melihat pada gelasnya, dan memainkannya – memutar-mutar di atas meja.

“Bohong. Mereka juga mengatakan akan bersamaku selamanya, tapi mereka tetap meninggalkanku. Tidak pernah ada yang peduli padaku. Bahkan Jaejoong juga meninggalkanku,” celetuk Yunho. Ia lalu menuangkan kembali bir ke gelasnya. Ia akan meneguk kembali, namun dengan cekatan Paman Lee merebutnya.

“Paman Lee!” teriak Yunho marah. Ia menatap tajam pada Paman Lee.

“Bawa Tuan Muda ke kamarnya,” perintah Paman Lee pada beberapa pelayan yang juga ikut mengawasi Yunho. Ia merasa sudah cukup Yunho membuat dirinya mabuk. Jika diteruskan, bisa-bisa sakit Yunho menjadi semakin parah. Dengan menolak pergi ke dokter ditambah dengan kepergian Jaejoong, sudah cukup menambah kekhawatiran Paman Lee pada Tuan mudanya itu.

“Yak! Lepaskan aku, berikan gelasnya padaku, Paman Lee!” Yunho memberontak, ketika dua pelayannya mencoba untuk membawa Yunho ke kamarnya.

Dua pelayan Yunho tak membiarkan Yunho memberontak lebih lama, mereka terpaksa agak kasar untuk memaksa Yunho menuju kamarnya.

Buk~

Tubuh Yunho di hempaskan ke ranjang, Paman Lee mengikutinya dari belakang. Yunho seketika memutar tubuhnya, tertidur menyamping dengan menekuk kakinya, membelakangi orang-orang yang di dekatnya kini.

“Eomma… Appa…. Yunho takut, Yunho sendirian lagi. Jaejoong pergi… dia pergi Eomma…” rancau Yunho  sambil terisak.

Paman Lee melihat dan merasa sedih pada Yunho yang seperti ini. Ia kemudian membenarkan letak selimut untuk  menutupi tubuh pria tampan itu. Ia kemudian bersama dua pelayan yang membawa Yunho tadi keluar dari kamar Yunho.

“Joongi-ah… Kim Jaejoong….” Yunho tersenyum miris, masih dengan mata basah oleh airmata. Ia mengulurkan tangannya, seolah-olah akan menggapai Jaejoong berada di depannya dengan tersenyum manis.


~TBC~

Geje yah….
RCL nya yah… kekekek
Sampai jumpa minggu depan…




[FF-YunJae] MISSING LOVE/Chapter 2

Title : Missing Love

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae


Legh : 2 of ?


Ratting : NC-17


Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC


Cast :

- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

 FF ini terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek dari drama I Miss You yang nguras emosi…

Ok, Happy reading all. . .


>>> 

Tuk~
Tuk~

Jaejoong memotong bawang merah dengan pandangan yang kosong. Di telinganya masih terngiang oleh ‘saranghae’ yang terlontar dari bibir Yunho – orang yang ingin ia benci namun entah kenapa sangat sulit untuk membencinya.

Terkadang Yunho memang memperlakukannya dengan kasar dan dingin, namun ketika Jaejoong melihat dalam mata musang pria tampan itu, rasa benci itu berubah seratus delapan puluh derajat. Rasa kasihan dan ingin melindungi yang malah menyeruak bertempur dengan fakta yang terjadi. Mata musang itu seperti selalu dipenuh kesedihan dan kesengsaraan.

 Yunho memiliki segalanya, tapi selama 13 tahun bersama Yunho, tak pernah sakali saja Jaejoong melihat Yunho tersenyum. Ia tak pernah melihat Yunho berlibur atau  bersenang-senang dengan hasil kerja kerasnya. Waktu luang yang Yunho dapat, selalu dihabiskan untuk bersama Jaejoong. Jaejoong tidak tahu dengan pasti, namun menurut Bibi Kim – kepala pelayan di rumah keluar Jung, sikap Yunho berubah menjadi pendiam dan kasar setelah kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan saat Yunho baru berulang tahun yang ke-6.

Apakah selama ini sebenarnya Yunho tak bermaksud mengkasari dirinya? Dia hanya sulit merefleksikan akfitas mental dan perasaan kedalam sikap dan perbuatannya dengan benar? Dan perasaan yang Yunho katakan itu tulus? Oh, God.

“Jaejoong-ah,”

Pikiran pajang Jaejoong membuyar, setelah seseorang menepuk pundak dan memanggilnya pelan. Jaejoong lalu berbalik melihat pada orang tersebut.

“Yoochunnie, apa yang kau lakukan disini?” tanya Jaejoong.

Yeah, selama 13 tahun Park Yoochun tak pernah tinggal diam atas yang terjadi pada kekasihnya. Ia terus berusaha mencari cara untuk mengeluarkan Jaejoong dari kungkungan Yunho. Setelah selesai dengan masa SMA-nya, Yoochun mengambil beasiswa kuliah di Amerika. Ia lalu mengubah identitasnya menjadi Micky Park dan melamar menjadi asisten sekertaris Jung Yunho. Agar dapat melindungi Jaejoong dan mencari jalan keluar untuk kekasih cantiknya tersebut secara diam-diam.

Meskipun Yoochun terkadang merasa dadanya sesak dan hampir membunuhnya, jika ia mengingat yang telah Yunho lakukan pada Jaejoong. Yoochun selalu berusaha membuang jauh-jauh hal itu dan mencoba menerima Jaejoong apa adanya.

“A-aku sedang membuatkan sarapan untuk Yunho.” Kata Jaejoong menjawab pertanyaan Yoochun sebelumnya.

Satu tangan Yoochun terulur menyentuh pipi kanan Jaejoong. Cairan bening mulai mulai mengumpul di sudut mata Yoochun. Raut wajahnya pun kini berubah sendu.

“Ini salahku, Jae. Seharusnya aku lebih kuat waktu itu. Kau… mungkin tidak akan seperti ini.” Yoochun pun melepaskan tangisannya, membiarkan cairan bening itu membasahi pipinya.

Jaejoong menyentuh tangan Yoochun yang memegang pipinya, ia sedikit menggerakkan kepala disana.

“Aku tidak apa-apa Yoochun-ah. Sungguh.”

Tes~

Pada ahirnya, Jaejoong pun menitikan air mata juga. Beberapa menit keduamya pun tenggelam dalam keharuan bersama.

Tuk~
Tuk~

Derap langkah laki terdengar dan semakin lama semakin terdengar jelas di telingan Yoochun dan Jaejoong. Yoochun segera menarik tangannya. Ia dan Jaejoong lalu cepat-cepat mengusap air mata yang mengalir di pipi mereka.

“Aku menyuruhmu untuk langsung ke ruang kerjaku, Micky.” Yunho yang baru datang, melihat tajam pada Yoochun.

“Mi-mianhae, Presdir.” Yoochun membungkukkan badan berkali-kali. Walau ia benci sekali melakukan ini.

“Yunho-ah, tadi Micky ingin meminta air putih saja. Dia tidak tahu dimana air putihnya disimpan jadi dia langsung kesini,” Jaejoong menyela meski agak takut-takut dan gugup. Ia hanya tidak mau Yoochun terkena masalah.

Yunho tertawa meremehkan.

“Sa-saya akan ke ruang kerja anda sekarang, Presdir.” Yoochun membungkukkan badan (lagi) sebelum kemudian mulai berjalan meninggalkan YunJae.

“Buatkan aku kopi dan antar ke meja kerjaku.” Perintah Yunho pada Jaejoong.

“Tapi kau belum sarapan, Yun. Perutmu bisa sakit.”

Yunho hanya terkekeh sambil melihat pada Jaejoong.

Sekilas, Yoochun masih dapat mendengar percakapan diantara Jaejoong dan Yunho. Ia mengepalkan tangannya erat. Cemburu. Yeah, Yoochun akui ia iri dengan Yunho. Yunho mendapatkan semua yang seharusnya menjadi miliknya dari Jaejoong. Diri Jaejoong, kebersamaan dan perhatian dari namja cantik itu.

# # # # #

“Hari ini aku sedang tidak ingin ke kantor. Kerjakan semua ini,”

Buk~

Yunho sedikit melemparkan setumpuk berkas tepat di hadapan Yoochun. Sambil menyimpan rasa marahnya, Yoochun mengambil setumpuk berkas tersebut.

Ceklek~

Jaejoong membuka pintu ruangan Yunho, ia berjalan menghampiri Yunho dengan secangkir kopi di tangannya. Yoochun mengepalkan tangannya, ia semakin keras menahan diri utuk tidak terprovokasi. Melihat Jaejoong begini, semakin memupuk kesedihan yang Yoochun rasakan.

Jaejoong meletakkan kopinya di depan Yunho dan lalu beranjak untuk pergi, namun baru satu langkah berjalan, Yunho menarik lengan Jaejoong hingga namja cantik itu terduduk di pangkuan Yunho. Yoochun agak tersentak dan hampir tak dapat mengendalikan diri.

Deg~
Deg~

Jantung Jaejoong berdebar ketakutan. Ia tidak dapat menebak isi pikiran Yunho – apa yang hendak Yunho lakukan padanya. Ia hanya menerawang ke dalam mata musang itu.

“Tuangkan kopinya untukku,” perintah Yunho.

Jaejoong menurut, dengan agak gemetar ia menuangkan kopi dari cangkirnya ke alas cangkir dan meniupkannya.Ia kemudian menyodorkannya pada Yunho. Yunho menyeruputnya pelan-pelan. Mata musang melirik pada Yoochun dan bibir tebalnya menyingerai sedikit.

Yunho bukan orang bodoh. Menerima orang-orang yang bekerja padanya dengan begitu mudah dan tanpa pertimbangan? Yang pertama adalah ia akan mencari tahu latar belakang orang yang ingin bekerja padanya tersebut. Tak terkecuali Park Yoochun, pria berkening lebar itu pun tak luput dari penyelidikan.

Yunho sengaja membiarkan Yoochun, ia ingin tahu sejauh mana kekasih Jaejoong itu dapat bergerak melawan dirinya.

“Micky,”

“Ne, Presdir,” Yoochun melihat pada Yunho.

Yunho tersenyum lebar, tangan kirinya perlahan ia lingkarkan ke pinggang Jaejoong.

“Aku benar-benar senang memiliki Jaejoong. Masakannya sangat enak, bahkan sampai membuatku tidak bisa beralih ke masakan orang lain. Dia juga sangat perhatian,” ucap Yunho, semakin menyingerai ketika tatapan Yoochun padanya dan Jaejoong semakin tajam.

“Lihatlah Micky, mata Jaejoong sangat indah,” Yunho membelai pada mata Jaejoong.

“Kulitnya putih mulus dan harum,” kali ini Yunho menggerakkan kepalanya – mengendus wajah kemudian leher Jaejoong.

Demi Tuhan, Yoochun ingin  menghajar Yunho sekarang juga. Diam-diam ia manarik nafas beratnya yang panjang. Jangan sampai ia lepas kendali dan membuat sia-sia semuanya.

“Micky,”

“Ah, ne, Presdir,” Yoochun sebisa mungkin menunjukkan sikap yang biasa saja.

“Kenapa kau diam saja. Berikan pendapatmu tentang Jaejoong.” Yunho semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Jaejoong.

Yoochun melihat pada Jaejoong.

“Tuan Jaejoong sangat sempurna, dan sangat serasi  bersanding dengan, Presdir.” Ucap Yoochun.

Mata Jaejoong terasa menghangat, cairan bening mulai mengumpul di sudutnya. Sesungguhnya ia ingin menangis sekarang. Ia dapat mengerti perasaan Yoochun sekarang ini. Kekasihnya itu tidak baik-baik saja, meskipun ia tak bersikap berlebihan. Biasa saja dan nampak tak terpengaruh apapun. Yoochun saat ini pasti tertekan karena Yunho yang seperti ini.

“Hahaha…” Yunho tertawa terbahak-bahak. Membuat Yoochun semakin terdorong untuk menghabisi atasannya itu detik ini juga. Ia tidak tahan lagi.

“Kau benar sekali, Micky. Jaejoong memang sangat sempurna.” Yunho agak mendekatkan kepalanya pada Yoochun. “Aku beritahu satu hal, Jaejoong juga sangat hebat di ranjang. Dia benar-benar memuaskan,” lanjut Yunho, kemudian ia tertawa kembali.

“Bibirmu selalu manis dan menggoda, Kim Jaejoong.” Kali ini Yunho melihat pada Jaejoong. Jari lentiknya terus mengusap bibir yang sudah seperti candu untuknya.

Chu~

Yunho melahap bibir Jejoong secara mendadak dan mengejutkan. Jaejoong terkesiap, namun kepalanya dengan cepat ditahan Yunho dengan tangan kekarnya. Jaejoong jadi tak dapat mengelak ataupun melepaskan diri adari ciuman ini.

Yunho mulai melumati bibir Jaejoong dengan penuh nafsu.

Yoochun memejamkan mata dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Ia… ia tak tahan lagi. Sebelum beranjak, ia membungkukkan badan sebentar untuk berpamitan pada Yunho. Ia lebih baik pergi saja sebelum pertahanannya runtuh karena tak sanggup melihat Jaejoong yang semakin melukai perasannya.

Yunho menyingerai setelah kepergian Yoochun. Ia melepaskan ciumannya.

“Yun…” lirih Jaejoong. Kali ini ia tak menutup-nutupi lagi air mata yang ingin menyeruak dari tadi.

“Bukankah seperti ini sangat menyenangkan, Jae?” Yunho tersenyum pada Jaejoong. Ia yang menang kali ini.

# # # # #

Buk~

“Ah,” pekik Jaejoong, setelah dari belakang Yunho mendorongnya ke tembok dan mengunci dirinya disana.

“Aku akan langsung saja,” ucap Yunho seraya melucuti pakaian yang menutupi tubuhh bawah Jaejoong. Dan air  mata, semakin deras saja menuruni pipi mulus Jaejoong.

“AAKH!” pekik Jaejoong cukup keras. Mata besarnya melebar dan otot-otot dalam tubuhnya seperti menegang mendadak, ketika Yunho memasukkan ‘miliknya’ ke dalam hole Jaejoong. Yang tanpa pemanasan dan persiapan.

Jaejoong mencengkram erat lengan Yunho yang memeluknya dari belakang.

“UKH!”  pekik Jaejoong kembali. Yunho menggerakkan tubuhnya langsung tanpa memberi kesempatan Jaejoong beradaptasi dengan sesuatu yang baru memasuki dalam tubunya.

Yunho bergerak semakin lama semakin cepat. Ia memejamkan mata seiring kenikmatan yang didapatnya terus bertambah.

“Kau benar-benar nikmat, Jae. Uhh! Aku tidak akan pernah melepaskan kenikmatan ini kepada siapapun. Uuh…” celetuk Yunho, yang sedang dipenuhi dengan kenikmatan hole Jaejoong yang terus menerus mencengkram erat ‘miliknya’.

“Yuhh.. hhoo.. sakit…” rintih Jaejoong yang justru sangat kesakitan. Bahkan ia samapi merasa tubuhnya tengah terbelah menjadi dua.

“Ohh… akan kubunuh sipapun yang mencoba merebut milikku. Uhh… nikh… mathh… sekali Jae…”

“Hentikanhh… sakitth.. Yunhh…” Jaejoong terus meminta. Dalam tangisannya, Jaejoong menyadari Yunho sedang menyembunyikan sesuatu dan itu membuatnya marah.

Yunho memang kasar, namun ia tak pernah egois dalam bercinta. Yunho selalu memberi kesempatan Jaejoong untuk merasakan kenikmatan seperti yang didapatkannya dalam hubungan seks mereka.

Yunho  hanya akan seperti ini – memperkosa Jaejoong ketika emosi sedang mendominasi di perasaannya.

“Uhh… uhh… “ desah Yunho semakin kenikmatan. Ia jadi tak memperdulikan Jaejoong yang terus merintih kesakitan – minta berhenti.

Yunho malah semakin bersemangat  mengoyak hole Jaejoong selama beberapa waktu.

Sret~

“Akh!” Jaejoong memekik (lagi). Tiba-tiba Yunho mengeluarkan ‘miliknya’ dengan kasar, lalu membalik tubuh Jaejoong jadi menghadap dirinya.

“Ukh!” untuk kesekian kali, Jaejoong memekik. Yunho mendorong Jaejoong hingga punggung pria cantik ini berbebturan denga tembok. Dan tanpa banyak bicara, Yunho kembali memasukkan miliknya ke dalam hole Jaejoong.

“Hahhh…” desah Yunho panjang. Ia memejamkan mata – menikmati mecapai ketinggian yang dicapainya.

-------

Mata Jaejoong dan Yunho masih saling beradu tajam.

Tes~

Jaejoong agak tersentak. Mata musang Yunho tiba-tiba menjatuhkan airmatanya. Ini pertama kali Jaejoong melihat Yunho menangis. Oh, ada dengan Yunho?

“Appa dan Eomma bilang akan selalu menemaniku. Tapi mereka malah meninggalkanku bahkan saat aku belum mengerti tentang kerasnya  kehidupan di dunia ini. Aku membenci mereka. Mereka pembohong!” tutur Yunho dengan penuh emosi. Yang terpancar cukup jelas dari mata musangnya yang kini sangat basah karena airmata yang mengalir semakin deras.

Entah kenapa, melihat airmata Yunho yang turun, membuat Jaejoong merasa seperti ribuan paku menusuk hatinya secara bersamaan. Sakit sekali. Dan ia tidak tega melihat Yunho  seperti ini.

Satu tangannya terulur untuk memeluk Yunho. Yunho membenamkan kepalanya di salah satu pundak Jaejoong, dan menagis disana.

“Aku takut, Jae. Aku takut  sendirian lagi…” Yunho membalaskan pelukan Jaejoong, dengan sangat erat.

# # # # # #

‘Jung Yunho akan ada meeting dengan rekan bisnis dari jepang sampai jam 11 malam. Rumah akan sepi karena sebagian besar penjaga ikut dengan Yunho meeting di pulau Jeju. Aku akan menjemputmu malam ini. Lalu kita akan pergi ke Amerika menyusul Junsu dan ibumu, aku sudah mengurus semuanya’

Ucapan Yoochun secara diam-diam tadi pagi terus terngiang di telinga dan benak Jaejoong. Ia, tentu saja senang sekali setelah menunggu selama 13 tahun, ahirnya kesempatan itu datang juga. Tapi entah kenapa malaikat di sebelahnya berbisik agar ia tetap tinggal. Yunho membutuhkan dirinya.

Tuhan, help me.

~TBC~

Maappp… NC-nya geje, udah sangat lama g bikin. N g di edit, soalnya lagi puasa… kekekek

Kritik sarannya ditunggu…